No Widgets found in the Sidebar

Beberapa bulan yang lalu, aku berkesempatan mengunjungi Sidoarjo, Jawa Timur untuk mengikuti sebuah pelatihan psikologi. Selain ingin menambah ilmu terkait bidang ilmu yang aku dalami, aku juga sangat menantikan untuk bisa travelling a.k.a jalan-jalan ke daerah Jawa Timur. Entah mengapa, hasrat hati ini belum terpuaskan sewaktu mengunjungi Surabaya dua atau tiga tahun silam. Ya jadinya ketika ada event atau pelatihan psikologi or sexology di daerah Jawa Timur nggak akan aku sia-siakan.

Nah… sewaktu di Sidorjo aku tak sengaja bertemu jodohku. Ya jodoh  yang selama ini aku nanti-nantikan. Yaitu makanan khas Jawa Timur yang cocok di lidahku. Proses pertemuan dengan jodohku yang satu ini terbilang sangat mendadak. Malam itu aku dan beberapa kawan pergi ke luar hotel untuk mencari santapan. Karena waktu itu lagi nglakuin diet ala ala ngurangin karbo makanya aku memilih menu makanan yang nggak pake nasi. Dari sekian warung penyetan yang berjejer di pinggir jalan mataku terpaku pada geber yang bertuliskan “Tahu Campur Khas Surabaya”.

Seperti pikiran orang Jawa Tengah pada umumnya, yang namanya tahu campur itu ya bumbunya hampir sama kaya bumbu kacang untuk pecel uleg atau lotek, yang beda cuma isinya aja yaitu ada tahu, kol mentah, tauge dan lontong.

Saat aku mulai memesan tahu campur Surabaya itu aku langsung takjub. Cuma bisa komentar dalam hati. “Loh.. loh.. loh… kok pake kuaaah? Itu rasanya gimana? Terus bumbunya kok item?”, aneh bin nggak wajar buat aku.

Dalam hati sebenernya aku ragu untuk menyantapnya. Tapi apa mau dikata, ternyata perut tak terlalu perduli dengan apa yang ada di pikiran. “Pokoknya mau makaan!!!”, perutku meronta-ronta. Menurut teori Maslow, kebutuhan dasar harus terpenuhi dahulu agar bisa mencapai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi haha.. jadilah aku makan.

Huwaaaaaa!!!! Dari suapan pertama aku langsung jatuh cinta!! Ternyata bumbu hitam seperti tinta itu ternyata petis yang diolah sedemikian rupa dengan bumbu yang entah aku nggak terlalu paham. Aku takjub! Ternyata petis yang selama ini aku rasakan di Semarang itu rasanya nggak ada sekuku itemnya petis dari Surabaya. (lah petis udah item masa punya kuku item? Ya pokoknya begitulah haha). Aku adalah orang yang suka banget ngeet ngeet sama petis, jadi langsung bisa bedain mana petis yang endes sama yang enggak. hehehe

Begitulah awal aku jatuh cinta sama yang namanya Tahu Campur Surabaya.

Waktu berlalu, dan usiapun semakin senja. ( puisi paan coba? :p )

Maksudnya, bulan demi bulan berlalu. Rasa kangen akan Tahu Campur Surabaya pun muncul kembali. Tapi apa boleh di kata, belum jugamenemukan tambatan hati yang baru. Hingga suatu hari aku bertemu jodohku yang lain. Bukan di Sidoarjo ataupun Surabaya, tapi di Ungaran, sebuah kota kecil yang sangat dekat dengan Semarang.

Baru dua minggu yang lalu sih aku ketemu jodohku ini. Waktu itu juga dipertemukan secara tiba-tiba saat  ingin membatalkan puasa. Awalnya mau makan soto, tapi bosan rasanya karena di Semarang udah keseringan makan soto. Jadi coba muter badan sejenak dan eng ing eng ketemu sebuah warung sederhana namun terang benderang dan bersih. Warung itu bernama “Tombo Kangen – Kuliner Khas Suroboyo”

Saat memihat daftar menunya memang agak bingung. Dari beberapa menu yang disediakan aku hanya familiar dengan dua menu yaitu tahu campur dan rujak cingur. Tanpa pikir panjang aku langsung dong milih tahu campur dan si ay pesen rujak cingur.

Jujur, hatiku waktu itu cukup deg-degkan. Mana perut laper, kalo makanan nggak sesuai ekspekstasi bakal gimana gituu. “Yaweslah, sing penting yakin enak wae!” Aku mencoba menguatkan hati haha.

Sambil menunggu makanan disiapkan, aku dan ay menikmati ocehan dua burung (entah apa namanya) yang saling bersahutan. Jadi waktu menunggu terasa sangat singkat karena seneng aja gitu lo menikmati suara-suara burungnya.

Tak lama.. makanan pun datang. Hmm.. dari aromanya aja petisnya udah kerasa di tenggorokan. Sebelum mencampur semua bumbunya, aku mencicipi kuahnya. Ringan tapi bumbunya kerasa. Kemudian aku langsung mencampurkan semua bumbu beserta isinya. Dan huwalaah… enake pol! Petisnya memang kerasa nendang banget dan bikin pengen segera ngabisinnya. Begitu juga dengan rujak cingur pesenan si ay. Semua komposisi bumbunya sangat pas banget. Pokoknya juara lah!

tahu campur surabaya

Setelah menyantap habis hidangan, aku dan ay menyempatkan diri untuk mengobrol dengan sang pemilik. Bu Yuli namanya. Orangnya sangat ramah dan enak untuk diajak bincang-bincang. Tujuan Bu Yuli membuka warung ternyata untuk dijadikan sebagai tempat berkumpul dan  pengobat rindu untuk arek-arek Suroboyo yang merantau ke Ungaran dan sekitarnya. Menurut beliau, warungnya didedikasikan untuk perantau agar selalu ingat dengan kampung halamannya.

Kok seneng banget ya mendengarnya, hehe.

Jujur aja, aku memang bukan tipikal food blogger yang bisa mendeskripsikan makanan secara detil dalam bentuk tulisan. Mungkin tulisanku ini jauh dari sempurna. Aku menuliskan ini atas dasar rasa terima kasihku pada Bu Yuli. Sebagai penikmat makanan, aku cukup bisa merasakan cinta di setiap makanan yang beliau masak. Secara pribadi aku memang tidak mengenal siapa Bu Yuli. Tapi aku  melihatnya dari sisi santapan yang aku nikmati dan entahlah selalu ada perasaan senang sesaat setelah aku selesai menyantapnya (udah dua kali mampir, dan rasanya konsiten endes! )

Semoga apa yang aku tulis bisa menambah wawasan lidah kalian ya guys! Tak perlu takut untuk mencoba sesuatu yang baru, mulailah dari mencoba makanan yang tak pernah kalian coba sebelumnya. Setiap orang pasti punya selera, seleraku pasti beda juga dengan selera kalian. Jadi apa yang aku bilang enak juga belum tentu kalian rasakan begitu pula sebaliknya. Tapi apa salahnya untuk mencoba hal baru? Siapa tau jodoh..

Kalo ada makanan, tempat atau sesuatu yang recommended. InsyaAllah aku share lagi.

See ya!

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.