No Widgets found in the Sidebar

Tiap pekerjaan pasti memiliki standar kerjanya atau bekennya disebut SOP. Gak cuma para pekerja kantoran aja yang punya SOP, jalngan salah kalo para PSK juga punya. Mau tauu???

Dari cerita-cerita sebelumnya, aku pernah nyebutin kalo pekerja seks bekerja atas dasar “having sex – ngeseks”  bukan “making love – ML”. By the way udah pada tau belom apa perbedaannya??

Menurut hasil penelusuran dari berbagai sumber, ada perbedaan yang kontras antara ngeseks sama ML. Pada prinsipnya memang sebenernya sama, yaitu suatu kegiatan yang berhubungan dengan alat kelamin, namun yang membedakan adalah adanya afeksi. Ngeseks itu lebih pada kegiatan hubungan seks yang tanpa dilandasi afeksi atau kasih sayang, jadiya cuma intercourse terus ejakulasi, setelah itu selesai. Sedangkan ML, itu hubungan seks yang dilandasi dengan sisi emosional. Namanya juga membuat cinta, pasti ada koneksi antara hati kehati. Jadi ada aktivitas saling bersentuhan, berpelukan dan berciuman yang intens.

Nah lalu kenapa sebagian besar PSK tidak mau melakukan ML?

Pertama, para pekerja seks akan memberikan layanan tidak hanya pada satu pria aja, tapi banyak pria yang punya karakter yang berbeda. ML itu melibatkan hati, sedangkan ngeseks hanya melibatkan alat kelamin aja. Walaupun mereka pekerja seks, tapi mereka pada dasarnya memiliki sisi emosional yang sama dengan wanita pada umumnya, mereka juga menginginkan disayangi, dimengerti.

Kedua, dengan adanya prinsip seperti itu, para PSK akan punya SOP masing-masing. Contohnya seperti gak akan ngasih pelayanan oral seks, tidak ingin memperlihatkan payudara, ada juga yang ogah dicium-cium, dan selektif memilih pelanggan yang nggak lagi mabok. Sedangkan yang ribet, itu ada pekerja seks yang membatasi durasi layanan.

Sebenernya dari sisi ini, kalo kalian jeli melihatnya bahwa para pekerja seks juga masih punya harga diri. Walau mereka ibaratnya sudah menjual tubuhnya, tapi sebenernya mereka masih memberi batasan dan mengerti tentang hak-hak yang mereka miliki. Jadi gak semua pekerja seks itu cewe yang gampangan, mereka juga punya aturan main sendiri.

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

4 thoughts on “Standart Kerja Pekerja Seks Komersial”
  1. Yup, setuju sama postingan ini. Sayangnya banyak yg menganggap (terutama kaum laki-laki) bahwa mereka adalah objek. Pro dan kontranya nggak abis-abis sih kalau ngebahas topik ini. Lagi-lagi terbentur sama masalah ekonomi.

  2. prostitusi itu sudah ada semenjak awal peradaban, karena sesuai dengan hukum ekonomi dimana ada demand di situ ada supply , semakin supply dibatasi atau di larang, demand ga akan hilang justru makin tinggi ketika sudah tinggi pelanggan akan mau membayar lebih tinggi sehingga menyemarakkan proses prostitusi terselubung yang justru lebih susah di monitor dan di konseling, ada sebuah fenomena dimana muncul psk psk musiman seperti psk yang mencari pelanggan ketika butuh untuk membeli sesuatu atau ketika uang kos habis hehe, rata rata mahasiswi yang sudah kehilangan keperawanannya, beberapa menjajakan dirinya secara anonim dan dalam waktu terbatas, ketika merasa uang sudah cukup mereka akan tiarap lagi

    1. Iya bener, mungkin ya menurut aku yang membuat bisnis prostitusi itu makin zaman makin banyak macemnya karena prostitusi melibatkan bisnis “kebutuhan dasar manusia”. Jadi menurutku, selama manusia masih eksis pasti prostitusi juga akan makin eksis.
      Kalo soal mahasiswi udah banyak ilang keperawanannya aku belum berani komen lebih soalnya belum blusukan hehehehe 😀

Leave a Reply to celotehyori Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.