No Widgets found in the Sidebar

Salah satu kunci keharmonisan pernikahan itu adalah kelekatan dengan pasangan. Kelekatan atau attachment tentu tidak datang begitu saja dalam suatu hubungan. Cinta saja tidak cukup untuk bisa membangun kedekatan dan kelekatan. Karena cinta itu adalah bentuk dari emosi/rasa yang bisa timbul tenggelam sedangkan kedekatan terbentuk dari pola. Untuk bisa membangun suatu pola kedekatan tentu saja ditunjang beberapa hal, salah satu faktor yang terpenting dan mendasar ialah komunikasi.

Apa sih arti dari komunikasi? Atau gini aja deh pertanyaan, yang dimaksud komunikasi itu gimana sih?

Banyak orang yang salah kaprah memahami soal komunikasi, terlebih komunikasi dalam hubungan. Komunikasi bukan hanya sekedar bicara mengeluarkan suara dan kata-kata, namun komunikasi juga ada yang sifatnya tersirat atau disebut komunikasi nonverbal. Untuk bisa memahami komunikasi nonverbal perlu ketrampilan khusus, karena sifatnya yang samar dan intepretatif, seperti bahasa tubuh, mimik muka, intonasi dsb. Sehingga saling bicara saja tidak cukup untuk membangun kedekatan, butuh pemahaman komunikasi nonverbal yang mendalam untuk bisa membangun kedekatan dan kelekatan.

Lalu apa hubungannya membangun kelekatan dengan orgasme?

Saat ini banyak sekali teknik untuk bisa mencapai orgasme, namun dalam konteks hubungan 2 individu banyak yang lupa bahwa yang namanya orgasme itu adalah serangkaian peristiwa mencapai pengalaman puncak kenikmatan seksual bersama.

Perlu digaris bawahi dulu, orgasme tidak selalu dicirikan dengan ejakulasi. Memang kebanyakan pada laki-laki, orgasme relate dengan ejakulasi tapi pada kasus-kasus tertentu orgasme tidak selalu ditandai dengan croott. Begitu pula dengan wanita, orgasme tidak selalu ditandai dengan squirt! Salah kaprah kalo berpikir tidak squirt berarti tidak orgasme. Secara garis besar orgasme ditandai dengan rasa nikmat pada bagian alat kelamin atau ditandai dengan luapan gairah seksual.

Dalam relasi seksual suami istri tradisional, orgasme hanya miliki suami. Sehingga tanda hubungan seksual selesai atau belum itu tolak ukurnya dari laki-laki. Maka tak heran banyak istri di era dulu tidak tau apa yang dinamakan dengan orgasme. Namun seiring dengan tingkat pengetahuan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam relasi seksual kini kedua belah pihak mulai memahi bagaimana caranya untuk bisa mencapai klimaks baik pada perempuan dan laki-laki. Pasangan suami istri era modern biasanya memiliki tolak ukur kepuasan seksual dengan bisa mencapai titik orgasme dalam waktu bersamaan. Namun untuk bisa mencapai titik bersama itu butuh penyesuaian dan latihan. Lalu bagaimana dengan suami istri yang memang belum bisa mencapai orgasme bersama?

Sebelum lanjut, ada pengalaman menarik ketika mendapatkan curhat dari seorang wanita yang baru menikah 5 tahun. Kita sebut saja wanita itu sebagai Nina (bukan nama sebenarnya). Nina curhat bahwa setiap hubungan seksual dia jarang sekali mencapai orgame karena suaminya lebih sering ejakulasi duluan. Nina pernah mengeluhkan kondisi tersebut pada suaminya bahwa ia juga ingin bisa merasakan klimaks, namun jawaban suaminya justru membuatnya sedih.

Suaminya berkata, “Ya udah kamu masturbasi aja sambil nonton video porno setelah kita selesai main.”

Tentu saja jawaban itu membuatnya sangat kesal dengan suaminya. Sebenarnya dia tidak masalah jika mengalami orgasme dan ejakulasi lebih cepat, namun bukan berarti Nina dibiarkan begitu saja masturbasi seorang diri, lebih-lebih pakai video porno.

Dari kondisi tersebut secara tidak langsung memunculkan konflik dalam rumah tangga. Masalah kecil yang sepertinya sepele bisa jadi masalah yang sangat besar dan berpotensi keretakan dalam rumah tangganya.

Dari kisah Nina kita bisa menggarisbawahi sesuatu bahwa orgasme dalam relasi penikahan itu bukan peristiwa tunggal, namun peristiwa bersama. Menjadi sangat egois ketika suami bisa mencapai orgasme bahkan ejakulasi berulang bersama istri, sedangkan ketika istri meminta justru disuruh untuk melakukannya sendiri dengan alasan suami lelah atau alasan penis sudah tidak kuat ngangkat. Padahal kalau suami ingin belajar dan paham akan kebutuhan istri, banyak cara yang bisa membuat istri mencapai orgame, tidak selalu penetrasi vaginal! Dengan eksplorasi puting + hot kiss wanita juga bisa mencapai orgasme. Tapi kembali lagi apa artinya paham teknis kalau tidak dilandasi kesadaran untuk saling memenuhi kebutuhan satu sama lain?

Ketika pasangan mencapai orgasme sangat dianjurkan untuk memberikan pelukan yang erat atau respon-respon yang sangat suportif seperti apresiasi atau diberi pujian yang membuatnya terasa dicintai dan diinginkan. Tatap matanya dalam-dalam, dan bilang “Yes sayang, you are doing great!” Sebab, disinilah salah satu pola dalam membangun kelekatan. Yes! Komunikasi seksual. Ini penting banget karena rasa saling memiliki dan rasa saling menjaga terbangun seiring dengan tingginya kelekatan. Sehingga seberapapun peliknya konflik yang ada bisa dicari jalan keluarnya bersama-sama dengan kepala dingin, dan lebih penting lagi ialah meminimalisir salah paham satu sama lain.

Jadi, jangan sia-siakan peristiwa orgasme dengan pasangan. Saling membersamai itu penting baik dalam suka, duka dan orgasme.

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.