No Widgets found in the Sidebar
did

Multiple Personality Disorder atau juga dikenal sebagai Dissociative Identity Disorder atau yang lebih dikenal dengan Kepribadian Ganda merupakan suatu keadaan dimana kepribadian seseorang terpecah sehingga muncul kepribadian lain. Kepribadian tersebut  merupakan ekspresi dari kepribadian utama (host) yang muncul karena kepribadian utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin dilakukannya. Munculnya kepribadian ganda tersebut biasanya sebagai bentuk dari mekanisme pertahanan diri individu.  Bisa diartian bahwa kepribadian ganda merupakan kondisi ketika beberapa pribadi yang sepenuhnya berbeda berada dalam satu tubuh.

Seseorang yang memiliki kepribadian ganda ini biasanya muncul karena trauma masa kecil, biasanya sebelum usia 5 tahun. Penderita kepribadian ganda akan memblokir trauma yang dialaminya dengan menciptakan tokoh baru. Terkadang satu orang bisa memiliki selusin pribadi atau alter yang berbeda. Terkadang mereka salaing kenal, namun yang lebih buruknya ada yang tidak saling kenal, dan ini artinya si penderita tidak mengetahui bahwa ia memiliki kepribadian ganda (sampai setelah ia ditangani psikiater). Si penderita tidak menyadari keberadaan alter-alter-nya. Alter atau aku yang lain ini diciptakan karena kepribadian utama tidak tahan derita yang diakibatkan trauma yang dialaminya. Ini adalah salah satu cara pelarian. Setiap kali ada peristiwa mengejutkan yang baru, alter baru bisa dilahirkan.

Terdapat dua tahap perkembangan psikologis seorag anak yang mengarah pada gangguan DID. Misalnya seperti contoh kasus pelecehan seksual pada anak.

Proses Pertama: anak yang secara berulang mengalami kekerasan seksual akan berusaha menyangkal pengalaman ini di dalam pikirannya agar dapat bebas dari rasa sakit yang luar biasa. Ia bisa mengalami “out of body experience” yang membuat ia “terlepas” dari tubuhnya dan dari pengalaman traumatis yang sedang berlangsung. Ia seperti dapat merasakan rohnya melayang samapi ke langit-langit dan membayangkan dirinya melihat anak perempuan lain yang sedang mengalami pelecehan seksual. Dengan kata lain, identitas baru yang berbeda telah muncul.

Proses Kedua, sebuah penghalang memori kemudian dibangun antara anak perempuan itu dengan identitas baru yang telah diciptakan.

Sekarang, sebuah kesadaran baru telah terbentuk. Ia akan menganggap bahwa kekerasan seksual tersebut tidak pernah terjadi dan tidak mengingat apapun terkait hal tersebut. Jika kekerasan terus berlanjut, maka proses tersebut akan terus berulang sehingga muncul banyak identitas baru. Saat keadaan disosiasi sudah menjadi kebiasaan dan terpola maka anak akan terus menciptakan identitas baru yang tidak berhubungan dengan pengalaman traumatis yang dialaminya.

Saat muncul identitas baru pada seseorang, maka perlahan akan terdapat perubahan secara biologis. Seperti perubahan warna pupil mata, menghilangnya bekas luka, penyakit yang dimiliki, dll. Bahkan alter memiliki kemampuan yang tidak pernah dipelajari oleh host. Seperti pada kasus Billy Milligan yang memiliki kemampuan berbahasa arab dan serbia, padahal Billy tidak pernah mempelajarinya selama hidupnya.

 

Dirangkum dari berbagai sumber

 

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.