No Widgets found in the Sidebar
wedding dream

Setiap anak perempuan yang beranjak dewasa pasti memiliki pernikahan impiannya masing-masing. Begitulah denganku, aku juga punya impian soal pernikahan.

Dalam postingan ini aku memang sengaja untuk sharing tentang konsep pernikahan apa sih yang aku inginkan dan sedang dipersiapkan hihi.. Sebelum baca postingan lebih lanjut bisa klik musik di bawah buat pengiringnya 😀

Awalnya jujur saja konsep pernikahan yang ada di otak ialah layaknya kebanyakan pernikahan yang aku datangi, seperti di sebuah gedung yang didekorasi sedemikian rupa, ada musik di sisi pelaminan, makanan yang tersaji sesuai dengan di sana sini dan tamu-tamu yang banyak sekali jumlahnya. Tapi setelah dipikir-pikir ulang sepertinya kurang terasa sangat personal. Pesta pernikahan justru bukan untuk pengantin dan keluarga, justru untuk tamu undangan yang kadang tidak dikenal dekat. Dan ah.. itu mainstream sekali rasanya dan tentunya besar sekali biaya yang akan dikeluarkan nantinya. Daripada uang habis untuk pesta, lebih baik uangnya digunakan untuk honeymoon atau tambahan kebutuhan kehidupan berumah tangga.

Setelah searching sana-sini, ternyata konsep pernikahan sederhana tanpa ribet babibu merupakan konsep yang aku impikan. Pernikahan yang tak perlu dengan dekorasi yang berlebihan dan gedung yang terlalu besar. Mungkin kalau punya halaman rumah yang besar bisa dijadikan tempat resepsi, tapi karena hidup di perkotaan jadi sepertinya kurang memungkinkan.

Karena mengusung konsep pernikahan yang simple maka kemungkinan aku tidak menggunakan tata cara pernikahan secara adat. Rasanya hanya dengan pengajian dan siraman sederhana saja cukup, tidak perlu yang ribet-ribet 😀

Lalu bagaimana dengan tamu undangan? Nah ini nih yang bagian pesta pernikahan yang banyak menelan dana. Ya gimana nggak? dengan mengundang otomatis itu berdampak pada budget konsumsi dan souvenir. Tidak etis rasanya bila tamu undangan yang datang terakhir tidak kebagian makanan yang tersaji. Oleh karena itu untuk pernikahanku aku ingin mengundang tamu-tamu yang terasa sangat personal, seperti teman dekat, guru dan dosen yang masih keep in touch, teman kerja dan mereka-mereka yang masih menjalin komunikasi yang baik dengan kami. Lah kalo gitu sedikit donk? Ya gak papa donk, kan pesta pernikahan ini memang konsepnya personal banget bukan konsep industri yang dilihat dari banyaknya tamu dan karangan bunga yang dikirimkan. Memang berbanding terbalik dengan pola pikir orang kebanyakan, but its okay for us.

Lalu bagaimana dengan souvenir?

Nah kalo soal souvenir ini memang aku pikirkan dengan serius. Nantinya aku tidak akan memberikan souvenir berupa teplok atau seperangkat alat makan or peralatan pedicure. Namun dalam pernikahanku kelak aku ingin memberikan ucapan terima kasih dengan berupa buku. Souvenir buku ini tentunya hasil buah karya sendiri yang dipersiapkan berbulan-bulan lamanya. Buku yang berisi kumpulan cerita perjalanan hubungan kami. Ah.. so sweet kan yakk hehe.. Bukan pengen pamer cerita cinta-cintaan, hanya saja setelah diskusi dengan beberapa kawan sepertinya kumpulan kisah yang dibukukan memiliki meaning tersendiri, terlebih kisahnya tak seperti pasangan pada umumnya haha…

Ah iya.. satu lagi yang hampir kelupaan. Untuk musik yang memeriahkan pesta pernikahan nanti aku ingin sekali mengundang sepasang musisi yang “kawin” banget ketika sedang perform. Salah satu lagunya yang hits juga menjadi soundtrack hatiku kala akhirnya aku memantapkan hati untuk menjalani hubungan. Sepasang musisi itu ialah Endah N Resha. Ingin sekali rasanya tempat resepsi kami nanti diiringi petikan akustik Endah N Resha. Semoga tercapai yaa dan berjodoh amiiinnnn…

endahresha

Terlalu simple ya sepertinya ya memang pengennya simple aja. Karena menurutku esensi pernikahan itu bukan pada pestanya, tapi bagaimana menjalaninya hingga akhir hayat memisahkan. Banyak sekali contoh di sekitar kita yang pada gagal fokus. Ketika mempersiapkan rangkaian pesta pernikahan justru banyak ribut dan bertengkar hebat, hanya karena gaunnya gak sesuailah, pilihan gedung yang lokasinya terlalu jauhlah, ini lah itulah dan banyak lagi. Daripada energi dan dana habis kesedot di pesta pernikahan maka untuk keberlangsungan kehidupan setelah pernikahan gimana donk? Masa ya masih minta orang tua, kan maluu yak..

Sekali lagi ini sudut pandang personal aku lho ya. Yang penting gimanapun pesta pernikahanmu nantinya pastinya jangan melupakan esensi pernikahannya. Karena pernikahan tak hanya soal tinggal serumah dan punya anak saja, tapi bagaimana menyatukan dua pemikiran yang berbeda menjadi satu tujuan dan memiliki visi misi yang sama.

Terima kasih ya sudah membaca, semoga apa yang aku cita-citakan terwujud yaa 😀

Lalu gimana dengan wedding dream versimu? Silahkan share di comment yaa

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.