No Widgets found in the Sidebar
odha

Kali ini aku pengen nyeritain tentang pertemuanku dengan seseorang yang luar biasa. Kenalkan, beliau adalah Pak Widodo atau biasa disapa dengan Pak Wid. Beliau bukanlah artis atau pejabat daerah yang banyak bersliweran di media cetak hehe, namun menurut beliau adalah salah satu orang cukup menarik perhatianku.

Pertama kali aku mengenal beliau ketika menghadiri suatu acara 2 tahun yang lalu. Kala itu aku tak terlalu banyak ngobrol dengan beliau, yang aku tahu beliau adalah Odha (orang dengan HIV/AIDS) yang aktif memberikan dampingan pada sesama Odha lainnya. Pak Wid tergolong orang yang friendly dan easy going. Walaupun kala itu kami baru ketemu tapi beliau mudah ngeblend sama kami yang usianya jauh dibawahnya.

Setelah dua tahun tak bertemu, akhirnya bulan lalu Tuhan mempertemukan kami kembali di acara Rumah Aira. Awalnya aku tak menyadari ada beliau di acara tersebut, namun tiba-tiba beliau langsung menghampiriku dan menjabat tanganku sambil sumringah. Waaw aku kaget! Jujur aja waktu itu aku lupa nama beliau tapi aku sangat ingat dengan perawakannya yang tinggi dan kumisnya yang khas.  Tanpa pikir panjang, aku langsung minta nomor hp sambil mengingat kembali siapa nama beliau wkwkw.

Mungkin bagi beberapa temen FBku sudah sangat familiar dengan Pak Wid dan sudah tau siapa beliau berikut dengan latar belakangnya. Namun bagiku, Pak Wid adalah sosok yang belum terlalu aku kenal. Jujur saja aku masih penasaran dengan cerita hidup Pak Wid sebenernya gimana. Dengan tekad kepo level tinggi akhirnya aku menghubungi Pak Wid dan janjian buat nongkrong bareng.

Singkat cerita, akhirnya kami bertemu di food court sebuah mall. Begitu Pak Wid dateng aku langsung menawarkannya minuman sambil aku juga jajan hehehe. Tak beberapa lama minuman datang dan kami mulai percapakan yang semi serius tapi tanpa spaneng.

Pak Wid cukup terbuka ketika aku banyak bertanya tentang latar belakangnya bagaimana sampai bisa terkena HIV/AIDS. Pak Wid menyadari bahwa apa yang dialaminya saat ini tak terlepas dari perilaku buruknya ketika semasa muda dulu. Dengan tanpa basa-basi Pak Wid bercerita bahwa dulunya ia adalah seorang pemakai narkoba. Hampir semua jenis narkoba pernah beliau cicipin dari tahun 1993 hingga tahun 2002. Tak hanya segala jenis narkoba aja yang udah pernah Pak Wid cicipin tapi segala jenis body katanya juga sudah pernah Pak Wid cicipin atau bisa dibilang beliau dulu penganut faham free sex. Pak Wid juga cerita gaya hidupnya itu ditunjang dari pekerjaannya yang bertemu banyak orang. Jadi bisa dibilang Club atau diskotik itu adalah rumah keduanya mencari kesenangan. Jadi mau make narkoba jenis apa aja dan berapa kali ganti pasangan itu adalah hal yang mudah baginya.

Pak Wid mengaku bahwa sangat sulit lepas dari narkoba, namun Pak Wid benar-benar bisa lepas dari narkoba ketika terpalang oleh Undang-Undang Narkotika. Jadi pada saat itu UU Narkotika memberikan sanksi hukuman kurung bagi pengedar maupun pemakai. Mulai saat itu Pak Wid bertekad untuk lepas dari narkoba dan sampai saat ini beliau sudah bebas dari jeratan narkoba.

Setelah bebas dari narkoba, suatu hari Pak Wid jatuh sakit hingga opname sebanyak 4 kali dalam setahun. Kala itu Pak Wid cerita kalo beliau udah nggak bisa apa-apa. Bayangkan aja kala itu CD4 nya hanya 16 dan berat badannya hanya 36 kg, padahal jumlah CD4 pada orang normal itu sebanyak +/- 500. Sel CD4 adalah sel yang bertugas untuk melawan infeksi. Pak Wid bercerita dia sampai nggak bisa jalan. Mulai dari situlah Pak Wid baru tahu bahwa ia sudah terinfeksi HIV/AIDS. Kaget pasti, tapi beliau terus berjuang untuk kembali bangkit selama 3 tahun, hal tersebut berkat dari dukungan saudara dan lingkungan terdekatnya. Lambat laun Pak Wid kembali bisa berjalan hingga bisa mengendarai sepeda motor lagi.

Mulai dari situ Pak Wid bisa kembali bertemu dengan banyak orang terlebih teman-teman yang senasib dengannya. Pak Wid banyak berkumpul dengan ODHA lain dan sering menjadi tempat curhat. Tanpa pernah mengeluh, Pak Wid tetap menerima curhatan dari teman-temannya. Pak Wid mulai menyadari bahwa keberadaanya ternyata cukup dibutuhkan bagi teman-teman, hingga akhirya Pak Wid berinisiatif membentuk Komunitas Odha Ohidha Semarang atau disingkat KOOS. Dengan adanya KOOS, Pak Wid menjadi lebih bisa maksimal dalam memberikan pendampingan pada Odha. Menurutku beliau salah satu orang yang sangat totalitas dalam memberikan pelayanan, bayangkan saja nomor handphonenya sampai ada 3 dan semuanya berbeda operator. Tujuannya adalah untuk mempermudah komunikasi bagi Odha dampingannya.

Komunitas Odha Ohidha Semarang
Komunitas Odha Ohidha Semarang

Aku salut pada Pak Wid yang mendedikasikan hidupnya untuk membantu membangkitkan semangat hidup teman-teman Odha lain. Baginya suatu keberkahan bisa melihat orang yang ia dampingi bisa kembali tersenyum dan bersemangat menatap kehidupan kembali.

Aku percaya pasti diluar sana banyak Pak Wid lain yang juga berdedikasi pernuh untuk membantu orang lain dalam meningkatkan kualitas hidup Odha. Aku hanya bisa berdoa agar beliau-beliau di berikan kesehatan serta umur panjang agar bisa menularkan semangat kepedulian bagi banyak orang lagi.

Sebenernya lewat postingan ini aku ingin menyampaikan bahwa apapun keadaan yang kita alami dan seburuk apapun cobaan yang sedang kita hadapi, kita tetep berhak untuk BAHAGIA. Karena BAHAGIA yang menentukan kita sendiri, bukan orang lain.

Selain itu, dalam case Pak Widodo aku juga bisa mengambil pelajaran bahwa selagi muda kita perlu berhati-hati dalam pergaulan, salah satunya pergaulan yang beresiko tinggi. Dan perlu dipahami juga kalo tak semua Odha memiliki latar belakang perilaku beresiko seperti beliau, banyak juga diluar sana yang terinveksi HIV akibat dari kesalahan medis, korban perkosaan, dan lain sebagainya Jadi stop hobi menggenalisir atau menyamaratakan setiap case.

The most important thing that i wanna share, please dont judge some one else by cover or by their background. Setiap orang punya kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjadi lebih baik lagi kedepannya. Termasuk saya ini yang jauh dari sempurna ceileh haha 😀

Terima kasih Pak Wid sudah menyempatkan waktu dan berbagi cerita denganku.

“Tak ada yang mau menjadi Odha, tapi pasti semua ada berkahnya.

Dan saya memutuskan untuk BAHAGIA – Pak Widodo”

Cheers!!

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.