Semua orang pastinya udah tau kalo menjalani suatu proses itu melelahkan. Aku pun benernya juga berpikir demikian, sehingga membuat aku memilih lebih baik gak usah capek-capek home visit ke rumah pasien.
Pada masa praktek di RSJ, aku dituntut untuk mencari beberapa pasien RSJ yang bersedia aku asesment secara keseluruhan. Asesment secara keseluruhan itu maksudnya mulai dari wawancara dan observasi pasien, memberikan tes psikologi hingga melakukan wawancara dengan keluarga pasien. Untuk kasus pasien RSJ, wawancara dengan keluarga pasien sangat dibutuhkan dan yang paling utama, hal itu dilakukan untuk mengkroscek kronologis penyakit yang pasien alami. Sebagian besar, data yang didapat dari pasien lebih pada halusinasi yang mereka alami, bukan dari fakta-fakta yang sebenarnya.
Semua mahasiswa praktek sangat amat mengharapkan keluarga pasien datang menjenguk ke RSJ, begitupun denganku. Ketika keluarga datang, praktikan gak perlu datang ke tempat tinggal pasien yang kebanyakan tinggal di luar kota. Aku sangat beruntung, ke dua pasien yang aku dampingi beberapa kali dijenguk oleh keluarga. Bahkan mereka (keluarga pasien) yang lebih aktif menghubungiku untuk mengetahui perkembangan pasien. Pikirku dengan sudah bertemu keluarga pasien di RSJ, aku tak perlu lagi datang berkunjung ke tempat tinggalnya. Ternyata pemikiranku salah besaar…
Bukan perkara tentang pertanggung jawaban hasil praktek di ujian yang membuat aku berubah pikiran, namun aku berpikir bahwa saat praktek inilah adalah waktu yang tepat untukku belajar jadi pribadi yang total.
Memahami seseorang itu gak afdol kalo belum tau tentang latar belakang lingkungan mereka tinggal. Dalam aliran psikologi eksistensial, manusia dipandang sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu dan dunianya. Jadi simpelnya memahami manusia itu juga perlu memahami lingkungan dimana mereka tinggal.
And you know guys? Perjalanannya sungguh pernuh perjuangan, Perjuangan nahan pipis, nahan laper, nahan pantat yang mulai kaku-kaku. Jalanan Semarang – Karangawen (Mranggen) yang lagi di beton bikin macet luar biasa. Yang normalnya hanya 30 menit, jadi 1,5 jam. Belum apa-apa sih benernya, tapi jadi dari perjalanan ini memberikan pelajaran untuk berani total.