Jangan Pernah Merasa Sendiri
Lonely I’m so lonely
I have nobody
To call my own
I’m so lonely, I’m Mr. Lonely
I have nobody
To call my own
I’m so lonely
lirik lagu di atas adalah sepenggal lagu Akon yang sering banget diperdengarkan di radio. Walaupun itu lagu lawas, namun musiknya masih bisa mengikuti musik jaman sekarang.
Sebenarnya aku menulis catatan ini tak semata-mata baru aja mendengarkan lagu tersebut, namun juga dilatarbelakangi oleh permasalahan-permasalan dari klien yang datang konseling denganku. Walau tiap klien memiliki permasalahan yang pastinya berbeda-beda, namun inti permasalahannya hampir sama yaitu ‘merasa sendiri’.
“Kalau sendiri itu solusinya ya tinggal cari temen aja lah, simpel!”
Eits.. eits.. masalah sendiri itu bukan soal ada tidaknya keberadaan orang lain disekitar kita loh, namun lebih dalam dari itu. Sendiri yang banyak dimunculkan ialah rasa sendiri dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi. Pola kesendirian setiap orang itu berbeda-beda juga, ada orang yang merasa sendiri karena memang tidak ada orang lain yang ‘netral’ untuk diajak berbicara soal permasalahan yang dialami. Maksudnya netral ialah tidak langsung menjudge atau menyalahkan. Ya coba banyangkan aja kalo kamu sedang ada masalah dan kamu cerita ke temen yang selama ini kamu anggap ngerti banget soal kamu, setelah cerita panjang lebar terus temenmu memberikan respon “ya elonya juga sih yang salah, mestinya kan lo bla bla bla bla bla …”, pastinya gondok kan ya.
Dan pola yang kedua ialah ada orang yang merasa sendiri karena memang memiliki karakter yang tertutup. Karakter tertutup ini terlepas introvert atau tidak. Banyak juga orang-orang yang dikehidupan sosial punya banyak temen dan gampang banget deket sama orang tapi ketika ada masalah lebih memilih untuk memikirkannya sendiri dan enggan untuk menceritakan pada pada orang lain. Karena ada anggapan bila menceritakan masalah pribadi pada orang lain itu merepotkan, tidak percaya ada orang-orang yang benar-benar peduli, dan lain sebagainya.
Kedua pola tersebut sebenarnya ujungnya akan sama yaitu mengerucut pada perasaan benar-benar sendiri dan merasakan beban berat hanya dipikul sendiri. Tentu saja bila perasaan sendiri ini bila terus menerus dibiarkan akan menjadi lubang hitam yang bisa menghisap masuk kedalam sehingga mereka sulit untuk melihat cahaya penyelesaiaanya. Yang ada gelap, buntu dan sesak nafas seperti berada di ruang hampa udara. Banyak dari mereka yang sesekali terpikir mencari jalan instan dengan mengakhiri hidup. Ya, tidak bisa dimungkiri sulit melihat jalan keluar penyelesaian masalah membuat putus asa dan merasa tak bisa berbuat apa-apa.
Dalam setiap sesi konseling, saya selalu menekankan bahwa sejatinya mereka tak benar-benar sendiri. Selalu ada jalan atas setiap permasalahan dan selalu ada teman yang benar-benar netral untuk mendengarkan setiap keluh kesah atas permasalahan yang sedang di alami, salah satunya ialah dengan menjadikan Tuhan sebagai teman baik. Mungkin jawaban ini terkesan agak religius. Bagiku, mendekatkan diri pada Tuhan itu bukan soal menjalankan ritual, namun lebih pada memiliki kepercayaan bahwa Tuhan itu selalu menemani kita dan tidak akan pergi meninggalkan kita. Dengan merasa bahwa Tuhan itu dekat maka perasaan sendiri itu akan perlahan pergi.
Ketika rasa sendiri itu perlahan pergi maka lambat laun akan ada seseorang yang datang atau justru kita menemukan seseorang yang kita butuhkan untuk menjadi pendengar yang baik. Orang itu bisa siapa saja, bahkan mereka adalah orang-orang tidak pernah dikenal sebelumnya. Bisa orang yang ketemu di halte saat duduk menunggu bis, bisa juga orang yang ada di dalam kereta yang duduk bersampingan, ya bisa siapa saja dan bertemu di mana saja.
Sekali lagi, jangan pernah merasa sendiri ya… karena kamu nggak sendirian 🙂