Semua orang Semarang tau kalo Sunan Kuning itu sebuah lokalisasi, tapi untukku pribadi Sunan Kuning (SK) itu layaknya sebuah universitas yang memiliki banyak fakultas. Ada fakultas kesehatan masyarakat, ada fakultas kedokteran, ada fakultas psikologi, ada fakultas ilmu sosial, ada fakultas ekonomi akuntansi, ada fakutas manajemen, dll. Nah loooh!
Bagi sebagian besar cewek, area lokalisasi adalah area terlarang untuk dimasuki, jangankan masuk lewat aja tuh lo udah pada bergidik. Wajar sih benernya, mereka gak mau dapet cap yang aneh-aneh ketika ada orang yang ngliat mereka di area lokalisasi. Tapi hal itu gak berlaku untukku. Perasaan seneng dan bangga malah yang ada dalam diriku. Iya donk bikin seneng, soalnya ide-ide liarku bisa tersalurkan di tempat ini, hihi. Dulu aku juga sempet berpikiran takut dicap cewe yang gak bener atau apalah-apalah. Tapi aku kesampingkan pikiran-pikiran yang menghambat itu, yang terpenting tujuanku baik dan jelas. Dan pastinya aku juga menjaga pembawaan diriku ketika berada di lokalisasi. Biar gak disangka jualan.
Hal pertama yang aku tangkap ketika memasuki SK adalah takjub. Baru tau selama ini ada kampung yang isinya kebanyakan pekerja seks. Antara pekerja seks dan warga asli pun juga terlihat cukup guyub. Ada yang pamer paha dan belahan dada, ada juga yang pake mukenah sambil jalan menuju masjid atau pergi pengajian. Jadi sebenernya ada unsur Yin dan Yang di SK.
Balik ke soal sebutanku Universitas. Bagi mahasiswa yang PEKA, SK itu sebuah objek penelitian yang sangat luas dan kaya. Semua hal bisa diteliti di sana. Dan menurutku sistem di dalam SK juga sangat berbeda dengan lokalisasi lain, seperti Sarkem di Jogja. Di SK memberikan akses yang cukup terbuka untuk penelitian.
Bukan pengen promosi benernya, tapi menurutku semakin banyak pelajar yang melakukan penelitian di SK akan semakin mudah kita mengkerucutkan sebuah solusi konkret dari berbagai aspek. Jadi kalo udah ketemu jawaban dari solusi gak perlu deh ada penutupan yang pake unsur kekerasan dari aparat.