Siapa sih yang nggak mau kuliah? Aku yakin bahwa banyak diantara kalian yang baru aja lulus SMA/SMK ingin sekali melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bayangan kehidupan kuliah yang menyenangkan dan lebih bebas dari aturan ketat sekolah, seringkali lebih menjadi daya tarik dari pada pilihan jurusan itu sendiri. Ya mungkin tidak semua remaja berpikir seperti itu, tapi sayangnya lebih banyak yang berpikir demikian.
Dibalik berbagai macam alasan remaja ingin melanjutkan kuliah, ada kisah menarik yang pernah aku dengar secara langsung dari seorang pelacur muda. Sebut saja dia Tia, usia 18 tahun asal Kota Tegal yang sudah bekerja selama 1 tahun di lokalisasi Sunan Kuning.
Perawakannya kurus, wajahnya manis namun sayangnya terlihat pucat. Begitulah kesan pertama yang aku tangkap ketika bertemu dengannya. Tia memang terkesan dingin padaku, namun dalam matanya terpancar hasrat ingin meluapkan sesuatu.
Tia bercerita bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah pilihan yang sulit. Tia bukan berasal dari keluarga yang sangat berkeurangan. Ibunya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia selalu memberikan kebutuhan secara materi padanya. Kebutuhan materi memang selalu terpenuhi, namun tak dengan kebutuhan cinta. Sebenarnya bukan soal selalu tinggal berjauhan dengan ibunya yang membuat Tia tak merasakan cinta, namun karena kurangnya penghargaan dari ibunya terhadapnya.
Selama sekolah Tia adalah seorang murid yang pintar. Hampir setiap kenaikan kelas ia selalu mendapatkan beasiswa hingga kelulusan. Menjadi anak briliant, pintar mengaji dan selalu berbakti pada orang tua adalah prinsip hidupnya ketika bersekolah dulu. Namun, seiring berjalannya waktu setiap usaha yang dilakukannya tak dihargai oleh ibunya membuat Tia memberontak. Selama ini Tia merasa apa yang dilakukannya tak pernah berarti untuk ibunya.
Tia yang semasa SMA sudah bekerja menjadi SPG mulai mengenal dunia malam. Mulai dari wanita peneman balapan motor trek-trekan, hingga peneman minum bir di salah satu beer kafe di daerahnya. Selain mendapat uang, Tia serasa memiliki tempat yang bisa menjadi pengalih kesedihannya.
Hingga akhirnya Tia lulus SMK, ia memilih untuk tak langsung melanjutkan ke jenjang kuliah. Ia memilih untuk bekerja sebagai pemandu karaoke di lokalisasi. Pikirnya, lebih baik mengumpulkan hasil jerih payah terlebih dulu sebelum melanjutkan kuliah.
Menurutnya, walau kini ia sudah mendapatkan cap sebagai pelacur, namun ia tetap tak ingin mengubur mimpinya untuk bisa kuliah. Ditengah kenyataan banyaknya mahasiswa yang tak menghargai jerih payah orang tua membiayai kuliah, ada sebuah harapan dari seorang pelacur muda yang berusaha keras untuk mengumpulkan pundi-pundi demi kuliahnya kelak.