No Widgets found in the Sidebar

Nggak kerasa Ramadhan udah berjalan beberapa hari ya guys. Bulan yang penuh berkah ini menjadi momen kita belajar untuk bisa mengendalikan diri yang erat kaitannya dengan mengendalikan soal hawa nafsu. Kata orang-orang di bulan ini para syaiton yang terkutuq pada di penjara, jadi di bulan ini udah nggak bisa lagi tuh nyalahin syaiton atas perilaku nggak baik yang kita lakuin hahaha.

Selain lapar dan dahaga yang perlu kita kendalikan, bulan ini juga erat dengan bagaimana kita untuk bisa belajar sabar dalam menghadapi segala cobaan. Yap, konon katanya di bulan ini justru kita banyak diuji dengan berbagai macam cobaan, salah satunya gimana kita menghadapi situasi yang bikin kita marah.

Marah adalah salah satu bagian dari kita yang nggak bisa kita musnahkan. Yap! Kita nggak bisa tuh menginginkan diri kita hidup tanpa marah, karena kemarahan adalah suatu emosi yang juga bersandingan dengan emosi-emosi lain, seperti senang, bahagia, sedih, kecewa dsb. Tanpa adanya marah, kita mungkin akan sulit bisa merasakan senang, tanpa adanya marah kita mungkin juga nggak bisa tau tuh apa itu yang namanya sayang. Itulah mengapa kita butuh untuk bisa menyeimbangkan semuanya emosi yang kita punya. Kita nggak bisa menekan satu emosi yang nggak kita suka demi bisa mendapatkan suatu perasaan yang bisa bikin kita bahagiaaaaaaaaaaaa terus. See?

Lanjut, bagi beberapa orang kemarahan bisa menjadi suatu penggerak. Penggerak dalam hal apapun. Misalnya aja penggerak untuk meraih tujuan hidup dalam kurun waktu yang relatif lebih cepat, penggerak untuk menemukan kembali siapa diri yang sebenarnya, penggerak untuk bisa membantu orang lain, penggerak untuk bisa jadi lebih baik lagi kedepannya, penggerak untuk bisa berkarya, dsb. Misalnya aja tuh banyak komika yang bisa bikin kita ketawa dari materi-materi joke yang berasal dari kemarahan / kekesalan dirinya atas sesuatu atau peristiwa.

Sama halnya dengan bahagia, marah adalah suatu bentuk energi yang perlu kita kelola. Balik lagi, kita nggak bisa tuh menghilangkan energi marah kita, yang bisa kita lakukan adalah mengelolanya agar tak menjadi destruktif untuk diri sendiri dan orang lain. Nah ini nih yang bikin kita seringkali ngejugde emosi marah adalah emosi negatif karena yang kerap kita temui kemarahan sering kali menjadi akar suatu petaka. Padahal nggak ada yang salah dengan rasa marah dan ini adalah hak setiap orang. Hanya saja, kita mesti pinter tuh dalam menghandlenya, salah satunya dengan juga ikut merayakannya.

“Lho lho lho!!! Kemarahan kok malah dirayain sih? Aneh-aneh aja lu!”

Coba deh kalian inget-inget lagi, kita lebih sering atau lebih mudah merayakan kebahagiaan daripada kemarahan. Kita merasa kebahagiaan adalah sesuatu yang mahal sehingga ketika kita mendapatkannya kita nggak segan-segan untuk share ke semua platform yang kita punya. Tapi gimana dengan kemarahan? Kita seringkali memendamnya dan mengacuhkan rasa itu. Atau sebaliknya kita justru menjadi sangat berlebihan dalam mengekspresikannya karena merasa kemarahan adalah sesuatu yang nggak baik dan perlu dibuang jauh-jauh.

Perayaan disini bukan soal kita menunjukan ke semua orang kalo kita lagi seneng atau kita lagi marah jadi butuh dimengerti, bukan. Tapi merayakan yang aku maksud adalah menerimanya dan menganggapnya sesuatu yang memang pantas kita dapatkan. Kita nggak bisa menganakemaskan satu atau dua jenis emosi aja, tapi kita perlu bersikap adil untuk semua.

Setiap kita punya cara untuk merayakan masing-masing emosi yang kita rasakan. Perayaan tak selalu yang bersifat hingar-bingar, kan? Misalnya aja kita nyanyi atau karaoke sendiri dikamar pas pagi marah juga itu bentuk dari perayaan, bisa juga kita menyalurkan energi marah kita pada sebuah tulisan yang kalo dikumpulin bisa jadi buku, itu juga bisa. Atau kegiatan apapun yang penting nggak mengganggu orang lain dan merugikan diri sendiri. Terpenting mulai dulu aja deh, nggak usah terlalu muluk-muluk dulu sebagai awalan.

Cukupkan senangmu dan cukupkan pula marahmu, segala sesuatu yang berlebihan hanya akan membuatmu tak merasa apa-apa. Dan jangan lupa rayakan setiap momen yang kamu rasakan, karena semua itu bisa jadi baik untuk dirimu.

 

 

 

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.