No Widgets found in the Sidebar
Kisah Puput

Puput adalah salah satu  pekerja seks yang sudah cukup lama aku kenal. Wajahnya yang selalu ceria saat bertemu denganku ternyata menyimpan luka batin yang luar biasa dalam. Puput yang kini berusia hampir 30 tahun adalah wanita asal Kalimantan yang sudah bekerja sebagai pekerja seks di SK selama hampir 3 tahun. Secara penampilan, Puput memiliki perawakan yang cukup berisi dan ia juga memiliki rambut yang hitam dan panjang. Sedangkan parasnya, Puput memiliki wajah yang bersih dan tergolong lumayan cantik.

Hari itu, tepatnya hari Selasa di pertengahan bulan Februari 2016 aku mengunjungi wismanya. Kebetulan aku datang saat pagi hari kira-kira pukul 9.15 wib. Pagi hari adalah waktu yang relatif aman bagiku untuk mengunjungi wisma, sebab pada pagi hari belum banyak tamu yang datang seperti sore menjelang malam. Aku mengunjungi wismanya karena memang sebelumnya aku sudah membuat janji dengan Puput.

Wisma Puput salah satu wisma yang terletak di gang yang cukup ramai. Walaupun letaknya di paling ujung, namun wisma yang berwarna dinding hijau cerah ini merupakan salah satu wisma favorit karena memiliki fasilitas yang cukup lengkap.

Setibanya aku di pelataran wisma, tak ada seorang pun yang terlihat. Aku hanya melihat lorong gelap yang terlihat dari pintu depan yang terbuka. Tanpa ragu aku menghampiri ambang pintu dan mengetuk pintu sembari mengucap salam. Tak beberapa lama, datang seorang pria berperawakan kurus tinggi dan segera menghampiriku. Wajahnya masih tampak kusut sama seperti pakaian yang dikenakannya. Ia tampaknya operator karaoke yang baru saja terbangun dari tidurnya.

Ya Mbak, cari siapa ya?” tanyanya sembari menggaruk-garuk lengannya.

Mbak Puput ada mas?” jawabku singkat.

Oh ya mbak langsung masuk aja,” jawabnya sambil membalik badannya dan menunjukkan dimana letak kamar Puput padaku.

Tanpa mengulur waktu aku langsung saja menghampiri kamar yang terletak paling pojok yang berdaun pintu berwana hijau tua. Aku langsung mengetuknya dan tak lama pintu terbuka. Terlihat Puput yang menggunakan daster baby doll warna merah muda di balik pintu. Puput langsung tersenyum padaku dan langsung mempersilahkanku masuk.

Maaf ya mbak aku belum mandi, kamar juga masih berantakan,” gumamnya padaku sembari merapikan letak bantal dan guling agar ada  sedikit ruang di kasurnya untuk tempatku duduk.

Sebenarnya ini pertama kalinya aku memasuki salah satu kamar di wisma tempat wanita pekerja seks mencari nafkah. Jujur, kala itu jantungku cukup berdebar karena aku menduduki tempat peraduan yang biasa digunakan Puput untuk melayani tamu-tamunya. Namun perasaan yang tak karuan itu segera aku buang jauh-jauh dan segera kembali fokus pada Puput.

Semalam selesai kerja jam berapa Mbak?” tanyaku sembari membuka obrolan.

Kayaknya jam 2 an deh, tapi habis itu aku gak bisa tidur sampai jam 5 pagi. Ni baru aja bangun mbak,” jawabnya sambil mengikat rambutnya.

Sontak aku langsung merasa sungkan karena tak enak sudah mengganggu waktu istirahatnya. Memang bagi pekerja malam seperti Puput, pukul 9 pagi adalah waktu untuk istirahat. Namun Puput segera menepis kesungkananku dengan mengatakan bahwa ia tak keberatan dengan kedatanganku dengan menyuguhkanku sebungkus biskuit kelapa.

to be continued…

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.