No Widgets found in the Sidebar
bangkit

Melihat berita akhir-akhir ini aku kok semakin miris saja. Miris dan sedih banget saat tahu ada berita tentang pasien di rumah sakit yang masih tak sadarkan diri setelah operasi saja harus mengalami pelecehan seksual dari perawat. Tak hanya itu, ada juga berita tentang pelecehan seks yang dialami oleh seorang wanita yang sedang berjalan kaki yang tiba-tiba payudaranya disentuh oleh pengendara motor. Dan kasus yang akhir-akhir ini sedang marak diperbincangkan ialah kasus pelecehan yang dialami pedangdut oaoee..

Sungguh bikin geleng-geleng kepala. Kenapa semakin ke sini semakin banyak saja kasus pelecehan seks. Seperti kini tidak ada tempat yang aman untuk bisa terhindar aksi para pelaku pelecehan. Baik itu di rumah sakit, di tempat kerja dan di tempat umum sekalipun.

Pasti tak ada yang pernah mau mengalami pelecehan seks. Tapi terkadang kita tak pernah tau akan terjadi kejadian seperti itu walau sudah melakukan tindakan preventif sekalipun. Dan itu juga yang pernah aku alami beberapa tahun lalu. Let me share in this post…

Di tahun 2015 lalu, aku pernah mengalami pelecehan saat berada di salah satu kawasan wisata di Semarang, tepatnya di sekitar Kota Lama. Kala itu memang suasana sedang tidak terlalu ramai dan aku berdiri di salah satu sudut Kota Lama. Saat itu aku sedang mengikuti sebuah blog competition yang mengharuskan berkeliling wilayah tersebut untuk menjadi bahan tulisan. Aku ingat betul saat itu masih pukul 8 pagi. Udara masih cukup sejuk dan mata hari belum meninggi. Sambil mengambil beberapa gambar dengan karema digitalku tak lama ada seseorang pria paruh baya yang menghampiriku menggunakan sepeda motor matic. Tak ada feeling buruk saat melihat pria itu mulai mendekatiku. Aku hanya berpikir paling-paling bapak itu tersasar dan mau bertanya arah tujuan. Namun saat semakin mendekat, pria paruh baya itu langsung menunjukkan kemaluannya kepadaku sambil memelankan laju motornya. Aku sontak kaget dan beberapa detik membeku. Aku masih syok dengan apa yang baru saja aku alami saat itu. Pria itu berlalu, namun dari kejauhan aku melihat ia memutar balik motornya ke arahku. Aku segera berlari menjauh dan mencari keramaian.

Pikiranku berkecamuk saat itu. Perutku seketika merasa mual dan aku merasa sangat kotor karena aku sudah menjadi koban pelecehan seksual. Tak terasa keringat dingin keluar, namun saat itu aku masih bertahan dan berpikir aku baik-baik saja. Kala itu kawan-kawanku belum datang, sehingga belum ada orang yang bisa aku ajak bicara. Sambil menunggu teman-temanku datang, segera aku mengambil handphone untuk menghubungi teman-temanku untuk segera datang.

Saat sendiri di tengah keramaian itu aku mulai berpikir. Saat aku terus melabel diri sebagai korban pelecehan maka aku akan semakin susah untuk bangkit. Aku tak berusaha denial atas peristiwa tersebut, namun yang aku lakukan ialah dengan melakukan pengalihan fokus sehingga kejadian buruk tersebut tidak memenuhi pikiran dan merusak moodku pada saat itu. Baru setelah acara selesai, aku langsung mencari bantuan dengan orang-orang yang aku anggap kompeten.

Mungkin kejadian yang aku alami merupakan tindak pelecehan yang tidak separah dialami oleh wanita-wanita lain. Tapi walau bagaimanapun tindak pelecehan tetaplah tindak pelecehan, tidak bisa ditoleransi.

Salah satu hal yang mungkin sulit dilakukan oleh orang yang telah mengalami pelecehan seks ialah move on atau bangkit. Peristiwa pelecehan memang datang secara tiba-tiba dan tentunya membuat syok. Dan peristiwa yang datangnya tiba-tiba lebih mudah terekam ke bawah sadar. Sehingga sulit dilupakan karena bayangan peristiwa tersebut seringkali muncul dalam bentuk mimpi atau saat pikiran sedang kosong.

Maka salah satu cara untuk mengatasinya ialah dengan tidak berpikir sebagai korban. Kita berhak untuk memposisikan diri kita bukan sebagai korban. Karena menjadi korban itu kesannya seperti tidak berdaya, teraniaya dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Segeralah bangkit dengan melakukan recovery. Carilah pertolongan secepat mungkin. Dan percayalah, kita memiliki daya untuk bisa keluar dari pengalaman buruk tersebut.

Sebenarnya pengalaman ini pernah aku tuliskan di postingan “Dipamerin Titit”, tapi aku merasa perlu menuliskannya kembali dengan apa yang sudah aku lakukan setelah mengalami peristiwa tersebut.

Be Strong ! We Can Do It!

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.