No Widgets found in the Sidebar
Perselingkuhan

Bosen nggak sih denger pemberitaan soal perselingkuhan mulu? Mulai dari kasus perselingkuhan anggota DPR, influencer, artis, sampe berita tetangga beda RT yang diselingkuhin suaminya yang kerja di luar pulau?

Well, wajar aja sih kalo kamu bosen dengernya. Tapi selama manusia masih bisa menjalin hubungan romantis baik itu pacaran ataupun pernikahan maka tak akan lepas dari yang namanya problem salah satunya adalah perselingkuhan. Banyak dari kamu yang sering terpapar atau bahkan banyak ngulik soal perselingkuhan sedikit banyak jadi insecure sama diri sendiri. Apakah pasanganmu berpotensi selingkuh di kemudian hari atau bahkan jangan-jangan sekarang ini sedang selingkuh tapi lagi hoki aja karena belum ketawan. Bahkan nih, mungkin ada juga dari kamu yang belum punya pasangan tapi udah planning kalo pasanganmu selingkuh nanti, kamu akan bersikap kaya gimana hehehe..

Disadari atau nggak semakin banyak kamu terpapar atau bahkan banyak mengkonsumsi hal-hal demikian maka kamu akan menginteranilasasikannya. Akan lahir banyak asumsi-asumsi soal dirimu ataupun soal hubungan yang sedang dijalani. Tapi balik lagi ini bagian dari bagaimana kamu punya filter yang kuat dalam mengolah informasi kek begini. Mau dihindari? Keknya nggak mungkin karena sekarang ini kita hidup di dunia yang penuh dengan paparan informasi yang cepat serta buanyaaak.

Balik ke pembahasan soal perselingkuhan yang relate dengan judul, memang nggak semua kasus perselingkuhan itu berujung pada perceraian. Yep, inget kasus perselingkuhan anggota DPR yang sampe ruame banget itu kan? Walau udah kepergok basah, tapi sang istri memutuskan untuk memberikan “pengampunan” ada suaminya. Sebenernya ini nggak satu-satunya kasus aja, tapi mostly mereka yang mengkonsultasikan problem perselingkuhan denganku lebih mengambil sikap bertahan daripada berpisah walau sudah diselingkuhin berkali-kali. Uniknya, mereka yang memilih bertahan memiliki tingkat independensi yang cukup besar bisa dibilang wanita karir yang mandiri dan bisa menghidupi dirinya bahkan anak-anaknya.

Lalu kenapa nggak mutusin berpisah aja kalau udah tau diselingkuhin berkali-kali?

Tiap orang punya alasan beda-beda tentunya, tapi garis besar dari yang aku pelajari bahwa faktor lain yang membuat mereka bertahan adalah karena mereka memiliki tingkat resistensi yang juga beda-beda. Walau ada risiko pergeseran visi misi pernikahan yang cukup ekstrim, namun mereka punya kemampuan untuk tetap bertahan apapun situasinya.

Balik lagi keputusan cerai atau bertahan itu selalu ada konsekuensinya. Namun yang mesti dipahami adalah bagaimana manajemen risiko tersebut bisa diminimalisir dengan kesiapan mental dan teknis. Sebab, nggak cuma mental aja yang mesti disiapin dalam perubahan-perubahan yang terjadi, tapi juga persiapan teknis juga mesti diperhatikan. Karena semua tatanan pasti berubah dan harus berubah. Nggak bisa tuh, bertahan tapi masih pake pola yang lama, itu sama aja bunuh diri perlahan.

Yang terpenting, apapun keputusan yang diambil baik itu bertahan atau berpisah ambilah dengan sadar dan berdaulat, bukan karena desakan eksternal.

Oh ya jadi inget, banyak mereka yang memutuskan untuk bertahan karena anak-anak, anak2 tetep harus punya figur ayah. Kalo dipikir lebih dalem lagi, anak justru akan jadi korban lho. Apakah figur ayah yang suka selingkuh itu juga baik untuk anak? Kan nggak juga. Anak akan bahagia kalo ibu juga bahagia.

Ini nggak cuma berlaku pada wanita aja ya, tapi juga dengan pria.

 

 

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.