Trimester Ketiga
Setelah melalui perjalanan 6 bulan mengandung, tak terasa kehamilan sudah mulai memasuki trimester terakhir. Banyak persiapan yang aku lakukan, mulai dari persiapan fisik, mental dan tetek bengek soal perbayian haha. Ya, di bulan ini aku banyak banget spending money untuk kebutuhan bayi mulai dari skin care, baju dan hal-hal lain yang mendukung perawatan babyborn. Jujur aja aku cuma nyari referensi di youtube dan nggak terlalu banyak tanya sana sini, kalaupun tanya ya paling satu dua orang aja selebihnya aku cari informasi sendiri. Cukup kepikiran sih gimana nanti ketika udah lahir, karena aku ngurus semuanya sendiri. Tapi ya sudahlah pikir nanti yang penting udah melakukan persiapan.
Selain itu, aku dan suami mulai banyak diskusi soal bagaimana proses kelahiran nantinya. Dengan kondisi ini juga kami memutuskan untuk mencari alternatif dokter kandungan lain. Dokternya sih bagus-bagus aja, tapi ada beberapa hal yang kami kurang sreg aja jadi kami mulai mencari alternatif lain. Selain mencari dokter kandungan baru kami juga memutuskan untuk dobel check dengan priksa ke bidan. Kami menyadari bahwa ada hal-hal yang dilakukan untuk mempersiapkan kelahiran nantinya, dan menurut kami dengan konsul ke bidan adalah salah satu pilihan yang tepat.
Perubahan fisik tentu saja sudah sangat terlihat jelas. Perutku sudah semakin membuncit dan udah nggak terlalu betah untuk duduk dalam jangka waktu yang lama. Sulit tidur menjadi makanan sehari-hari, dan aku menikmati saja karena bisa dibayar dengan tidur siang hehe. Bulan-bulan ini sebenernya berencana untuk cuti dari megang kerjaan, tapi setelah aku pikir-pikir badan rasanya makin nggak nyaman kalo aku cuma goler-goler di kasur aja. Jadi aku memutuskan untuk tetap beraktifitas walau nggak full seperti sebelumnya. Dan Alhamdulillahnya, proses transisi bisnis yang aku rintis beberapa bulan sebelumnya sudah berjalan lancar sehingga aku sudah bisa mengambil peran monitoring saja. Ah senangnyaaa.. Menurutku sih ini salah satu bentuk rejeki anak sih.
Oh ya karena aku bekerja dan punya sambilan sebagai penulis jadi hampir sebagian besar kebutuhan bayi aku sendiri yang beli. Pada kondisi ini aku cukup senang karena aku bisa mandiri dan nggak apa-apa minta suami. Karena sebenernya kami sudah membagi pos masing-masing dan alhamdulillah semua sesuai rencana dan tidak terjadi ketimpangan secara finansial. Sebab aku sadar, ketika memiliki anak banyak aspek yang dipikirkan dan itu juga berdampak pada aspek finansial. Jadi jauh-jauh hari memang wajib untuk dipersiapkan.
Lalu, bagaimana dengan kondisi ranjang???? Hahaha.. yaaa mungkin yang kami alami adalah hampir dialami oleh sebagian besar pasangan juga. Sejujurnya dengan kondisi perut yang semakin membuncit ini membuatku semakin sulit untuk eksplorasi soal ranjang. Perubahan drastis pastinya terjadi dan kami menyadari bahwa ada kekosongan yang kami alami satu sama lain. Tapi kami kembali berkompromi dan melihat bahwa ini adalah sebuah fase yang mesti kami lalui. Kalo dibilang kangen ya kangen banget bisa kaya dulu, tapi memang fisik dan psikis nggak bisa dibohongin. Walau aku mendalami soal seksologi, tapi memang realitas kehidupan itu nggak bohong. Tapi dari sini banyak hal yang aku ambil pelajaran dan aku crosscheck dengan teori yang aku baca. Dan tentunya ini jadi bahan yang akan aku bahas di buku ke-dua hehe (tunggu yaaa).
Di bulan terakhir kehamilan ini tentu saja banyak hal yang aku pikirkan soal bagaimana melahirkan nanti. Aku memang punya cita-cita bisa lahiran pervaginam dengan pendekatan hipnobirth, tapi kembali lagi dari banyak pengalaman buibu yang sudah menjalani terkadang ada kondisi yang tak bisa diprediksi. Jadi aku berusaha setenang mungkin dan menyerahkan pada jabang bayik jalan lahir seperti apa yang dia pilih. Aku sempet berkeluh kesah pada suami soal posisi bayik yang masih belum optimal. Tapi suamiku bilang untuk membiarkan anak yang memilih jalan lahirnya bagaimana, yang penting kita udah usaha semaksimal mungkin. Aku juga sepakat karena aku nggak mau memaksakan sesuatu pada anakku. Karena nggak enak cuy dipaksa-paksa hahaha.