No Widgets found in the Sidebar

Kehamilan adalah proses yang panjang dan penuh dengan dinamika. Banyak yang mengatakan bahwa hamil itu nggak enak dan bikin segala sesuatunya jadi berubah drastis. Misalnya, yang awalnya energik jadinya mager dan pengen goleran terus. Yang awalnya sehat dan bugar jadi gampang mual, lemes dan bawaanya jadi gak enak badan terus. Yang awalnya emosi stabil jadi gampang berubah mood dan jadi sensitif. Yang sebelumnya punya badan ideal jadi gendutan dan nggak bisa ngontrol nafsu makan. Dan masih banyak perubahan lain yang nggak bisa aku sebut satu persatu.

Ya aku sempat terbawa pikiran seperti itu, tapi akhirnya bisa aku kendalikan karena ya hamil itu pasti selalu ada perubahan. Banyak hal yang aku usahakan untuk berkompromi dengan diri sendiri. Awalnya ini hanya persoalan bentuk fisik yang berubah, tapi ternyata lebih banyak persoalan lain yang krusial atas perubahan yang terjadi.

Menjadi berdaya itu tidak pandang kondisi. Itu yang terus aku tanamkan dalam pikiranku. Jadi walaupun aku sedang mengandung dan mengalami banyak perubahan dalam hidup tapi aku masih punya pilihan untuk tetap berdaya. Banyak hal yang justru aku push selama kehamilan. Bukan untuk membuktikan pada siapa-siapa, tapi ini adalah momen untuk diriku membuktikan pada diri sendiri bahwa segala sesuatu bisa diupayakan jika kita mau. Memahami diri sendiri seringkali lebih rumit daripada belajar memahami orang lain. Sebab, hal yang sering kita hadapi saat menghadapi diri sendiri adalah menghadapi ego dengan segala defence mechanismnya.

Pada masa-masa seperti ini adalah waktu yang tepat bagiku untuk mengaplikasikan teori psikologi yang aku pelajari selama ini. Sebab ilmu tanpa diaplikasikan hanya akan sekedar ilmu diatas kertas dan mudah untuk dilupakan.

Kembali lagi soal kehamilan, di bulan-bulan terakhir ini banyak hal yang aku upayakan. Selain memberdayakan soal fisik untuk latihan beberapa gerakan yang ditugaskan oleh bidan aku juga banyak melatih pikiran dan jiwaku untuk bersiap menghadapi persalinan. Ini adalah pengalaman pertama dalam hidupku sehingga aku tak punya bayangan akan seperti apa nantinya proses kelahiran anakku. Walau beberapa teman sempat cerita, pengalaman orang lain yang aku baca dan melihat konten youtube soal proses persalinan tapi kembali lagi aku bukan tipe orang yang mudah memvisualkan pengalaman orang lain ke dalam pengalaman pribadiku. Jadi gambaran iya, tapi tidak menjadi tolak ukur. Sebab tiap orang pasti punya pengalamannya masing-masing, jadi beda orang pasti juga beda pengalamannya.

Memberdayakan diri selama fase kehamilan adalah proses yang memang butuh diupayakan. Kalo cuma ngikutin mood dan keinginan pribadi aja pasti ya akan terasa nyaman, tapi kan yang nyaman bukan berarti memberikan dampak yang baik untuk perkembangan pribadi dan janin. Oh ya, aku juga percaya bahwa apa yang kita rasakan juga akan dirasakan oleh janin, sehingga ini menjadi fondasi pendidikan dini juga yang bisa kita ajarkan. Aku ingin kelak anakku menjadi pribadi yang tangguh dan berani menghadapi dunia dengan caranya dia sendiri, itulah mengapa pondasi untuk bisa memberikan pelajaran awal menjadi berdaya itu penting.

Menjadi ibu bukan ketika anak sudah lahir, tapi ketika sudah mulai mengandung pun itu sudah menjadi ibu. Tapi aku juga berpikiran bahwa perempuan adalah ibu untuk segala makhluk, jadi tak perlu mengandung dan melahirkan untuk bisa menjadi ibu. Sebab hanya perempuan yang punya nature untuk merawat dan melindungi dengan kasih dan cinta yang dia punya.

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.