“Waktu itu keadaan terasa terjepit sekali, Mbak Yoli. Semua perabot sudah habis dijual untuk pengobatan, dan pada akhirnya aku berpikir untuk mencari pekerjaan. Kalo aku nggak kerja nanti siapa lagi yang akan membayar pengobatan suami dan hidup anakku.”
Usia yang sudah tak lagi muda, membuatnya tidak lagi memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Terlebih, Bu Mus hanya lulusan Sekolah Dasar yang tak berizasah yang tak punya pengalaman bekerja. Kondisi pelik di tengah keadaan yang semakin terhimpit.
Bu Mus sempat terpikir untuk menjadi TKW, namun itupun hanya sekedar angan-angan karena segala tetek bengek yang harus dipersiapkan yang membutuhkan waktu tak sebentar. Dan pastinya ia tak bisa pergi jauh meninggalkan suami yang sakit dan anak semata wayangnya dalam kurun waktu yang lama.
Hingga suatu saat, dimana semua terasa tak ada lagi jalan. Suami Bu Mus memberikan izin padanya untuk melakukan pekerjaan apa saja agar bisa memenuhi kebutuhan keluarga serta pengobatan. Sebenarnya Bu Mus sudah lama mendapatkan informasi tentang peluang pekerjaan yang dapat menghasilkan uang jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat. Namun pekerjaan itu sangat amat bertolak belakang dengan batinnya. Dengan keadaan yang samakin terhimpit, akhirnya Bu Mus memberanikan diri untuk berbicara dengan suaminya terkait peluang kerja yang di dapatnya.
“Pah, kalo aku kerja di lokalisasi bagaimana?”
“Ya gak apa-apa Mah, kalo memang sudah tidak ada lagi jalan lainnya.”
Itulah awal mula Bu Mus menguatkan hati bekerja sebagai pelacur demi pengobatan suami tercinta dan memenuhi kehidupan keluarga. Dalam keadaan yang semakin tak berdaya, suaminya merelakan Bu Mus untuk pergi mencari secercah harapan di kompleks lokalisasi. Saat mengingat kembali kejadian tersebut, raut wajahnya berubah menjadi lebih sendu dari sebelumnya. Nada bicaranya pun mulai melambat dan tatapannya seperti meratapi sesuatu.
Awal-awal ia menjalankan pekerjaan sebagai wanita pekerja seks, seringkali muncul tabrakan-tabrakan emosi yang ada dalam dirinya. Ia harus melakukan hubungan suami istri dengan pria lain disaat suaminya mengerang kesakitan di rumah. Rasa bersalah yang kuat seringkali mengiris hati. Bu Mus sadar, jalan yang telah dipilihnya adalah perjuangan hidup yang harus ia jalani. Tekad kuat untuk bisa membantu perekonomian keluarga dan biaya pengobatan membuatnya bertahan.
Usaha keras Bu Mus yang sudah bertahun-tahun untuk mencari biaya pengobatan ternyata tidak sejalan dengan harapan yang ia inginkan. Tuhan berkehendak lain, suami tercinta yang selama ini ia perjuangkan telah di panggil oleh Tuhan untuk selama-lamanya. Kesedihannya kembali tersirat dari raut wajahnya saat menceritakan padaku, ia merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berada di dekat suaminya pada saat-saat terakhir.
to be continued….
Sebelumnya,