Saat ini suaminya memang telah tiada, namun Bu Mus masih tetap mejalankan profesinya sampai saat ini. Menurutnya masih ada anak semata wayangnya yang masih membutuhkannya. Walaupun anaknya kini sudah menikah namun tetap saja Bu Mus ingin memiliki tabungan untuk anaknya kelak saat ia sudah tiada. Selama ini Bu Mus tak pernah bercerita secara terang-terangan pada anaknya, namun ia merasa bahwa anaknya sudah mengetahui tentang apa yang ia kerjakan selama ini. Anaknya hanya bepesan agar warga desa lain tidak mengetahui apa pekerjaan Bu Mus selama ini, sehingga membuat Bu Mus jarang pulang ke desa. Dan selama pulang ke desa, Bu Mus jarang sekali bergaul dengan tetangga di desa. Bu Mus lebih memilih untuk berdiam diri dirumah dan hanya keluar bila ada keperluan karena ia takut dengan resikonya bila warga desanya mengetahui apa pekerjaannya.
Di Sunan Kuning, Bu Mus bekerja sebagai pekerja seks yang hanya memberikan layanan ngamar. Aku pun penasaran dan mengulik lebih dalam tentang kegiatan yang dilakukannya saat ia sedang bekerja. Ternyata aku mendapat jawaban yang berbeda dari pekerja seks lain. Disamping memberikan kebutuhan badaniah pada tamunya, ternyata Bu Mus juga memberikan layanan batiniah. Tak melulu hanya hubungan seksual yang dibutuhkan oleh para tamunya yang sebagian besar lebih muda darinya, namun ternyata banyak juga dari mereka yang membutuhkan teman berbagi cerita dan keluh. Tak dipungkiri, apa yang dilakukan Bu Mus selama ini memang perbuatan yang melanggar norma serta agama, namun ia kerapkali berpesan pada tamu-tamunya agar tetap menjaga harga diri isti maupun keluarga dengan tidak menjelek-jelekan. Bahkan beberapakali Bu Mus meminta tamunya untuk berhenti datang padanya dan jajan di SK.
“Pak atau Mas atau Om, sudah tidak perlu terlalu dipikirkan. Mas boleh curhat dengan saya tapi tolong janganlah menjelek-jelekkan nama istri, orangtua, atau anak atau keluarga. Aku gak suka itu. Aku juga sebagai istri dan sebagai perempuan akan merasakan sakit bila diomongkan oleh orang lain terlebih suami sendiri. Walaupun bagaimana jeleknya istri kamu, tetaplah istri kamu.”
Ungkapnya padaku saat mencotohkan ucapannya pada pelanggannya. Menurutnya, dari nasehat yang ia sampaikan pada tamunya, sedikit demi sedikit membuat para tamunya tersentuh dengan ucapannya dan mulai mengurangi menjelekan istri atau keluarga dihadapan orang lain.
to be continued…
Sebelumnya