“Masalah lagi, masalah lagi.. Hidupku kok kayaknya gak pernah kelar dari masalah sih !!!!!”
Sering nggak temen-temen mendengar ungkapan demikian? atau jangan-jangan kalian sendiri yang sering mengalaminya? hehe. Yah namanya juga hidup pasti ada sambatnya ya.. boleh sih sambat atau mengeluh tapi ya baiknya nggak setiap masalah dijadikan keluhan kan ya.
Sebenar-benarnya saat menulis ini aku sendiripun dalam kondisi yang sedang ingin sambat, tapi setelah dipikir daripada “nyampah energi” lebih baik dimanfaat untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif. Yap dengan menulis.
Aku sendiri menyadari bahwa dengan mengeluh tidak memperbaiki persoalan, justru persoalan semakin ruwet dan merembet ke mana-mana. Jadi dari pada merusak hari, lebih baik mengusahakannya agar menjadi lebih baik.
Dalam sebuah artikel psikologi yang dipublish di laman Psychology Today, ada seorang psikolog yang bernama Andrea F. Polard Psy.D. menuliskan beberapa cara simpel untuk merubah kondisi emosi seseorang yang akan mengeluh menjadi tidak jadi mengeluh. Hmm.. maksudnya yang tadinya pengen sambat, jadi gak jadi lah.
Pertama, memperjelas kembali apa yang membuatmu mengeluh. Kadang rasa jengkel, marah, sebel, bete dkk itu langsung merasuk begitu saja ke dalam diri. Jadi sebenernya persoalannya sepele, tapi betenyaa bisa berkali-kali lipat. Nah agar emosi tidak terus berlanjut maka clarify atau perjelas kembali apa sih pentingnya untuk mengeluh? Seberapa penting? Kalo penting lalu apa manfaat apa yang kamu dapat dengan mengeluh? Apakah dengan mengeluh dompetmu bisa tebal kembali? dan sebagainya. Dengan membangun pertanyaan-pertanyaan tersebut maka secara tidak langsung otakmu akan berpikir dan menimbang kembali “Hemm iya iyaa.. apa pentingnya aku mengeluh ya??
Kedua, merubah kondisi pasif jadi aktif. Maksudnya ialah dengan berperan aktif untuk mengambil alih kondisi emosimu. Seringkali orang yang sedang merasakan kejengkelan atau marah terhadap seseorang sering menganggap bahwa dirinya sebagai ‘korban‘. Yap korban atas ketidakadilan, korban atas kondisi orang lain dsb. Dengan menempatkan diri sebagai korban maka secara tidak langsung kamu sudah memberikan kontrol terhadap dirimu pada suatu kondisi. Nah padahal kondisi itu akan terus berubah-ubah, jika diibaratkan ombak maka akan selalu bergelombang. Daripada energimu habis untuk menyalahkan si ombak karena kamu tenggelam, lebih baik segera renang atau mencari pegangan agar tidak semakin tebawa arus. So, enough is enough ya..
Ketiga, Tanyakan pada dirimu apa yang bisa kamu perbuat. Sebenarnya ini masih ada kaitannya dengan yang sebelumnya, namun bedanya ialah lebih spesifik. Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, ada hal-hal yang bisa kita kontrol dan tidak kita kontrol. Untuk bisa mengetahui apa yang bisa kita lakukan ialah dengan mulai mengidentifikasi kira-kira hal apa saya sih yang bisa kita kontrol dan yang tidak. Seringkali seseorang makin jengkel atau makin marah karena dia salah fokus, yaitu itu ingin merubah seseorang yang sebenarnya tidak bisa kontrol. Lalu apa sih yang bisa kita kontrol, sangat mudah yaitu hal-hal yang terkait dengan diri sendiri. Jadi fokuskan sesuatu yang melekat pada diri sendiri.
Yang keempat, “terima”.Kalo yang keempat ini sebenarnya aku dapat pelajaran dari seorang kawan. Dia selalu punya ungkapan yang keren ketika sedang mengahadapi suatu persoalan, “Saya tidak tahu apakah ini baik atau buruk untukku…” Kalimat ini sebenernya sangat sederhana, namun ini sebenarnya kalimat penetral. Disadari atau tidak sering kali kita langsung memberikan label baik atau buruk pada suatu kondisi. Padahal kondisi yang hadir dalam hidup kita itu netral loh, hanya saja kita yang mempersepsikannya apakah ini sesuai dengan harapan kita atau tidak. Oleh karena itu agar tidak nggak auto emosi dalam mengahadapi suatu kondisi maka langsung pakai tools kalimat ajaib tersebut agar kita bisa lebih tenang dalam meresponnya
Jadi sudah pahamkan bagaimana caranya agar kita bisa memutus kontak emosi negatif agar tidak langsung menyelubungi pikiran dan hati kita? Inget ya kontrol terbesar itu ada di diri kita, bukan pada orang lain lebih-lebih suatu kondisi.
Selamat menjalankan hari, sukses selalu untukmu.