Jangan Takut Jatuh Cinta, Karena Cinta Bisa Dipelajari!
Beberapa tahun yang lampau saat aku masih duduk di bangku SMA, ada sebuah group band yang lagunya sangat terkenal. Band D’Masiv dengan lagu Cinta ini Membunuhku.. Waktu SMA lagu itu sering banget aku nyanyiin, tak terlalu perduli soal makna liriknya saat itu, yang penting enak di dengar dan bisa dinyanyiin. Waktu nulis ini pun aku masih ingat betul reffnya:
Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini meyakinkanmu
Cinta ini membunuhku
Yah begitulah, nanti buat yang gak familiar dengan lagunya bisa streaming di youtube atau paltform lainnya. Sebenernya dalam tulisan ini bukan mau promote lagu ini (ya iyalah ngapain di promote, lha udah kondang dari dulu..), namun aku ingin membahas soal makna yang terkandung. Karena tak bisa di mungkiri bahwa banyak orang di luar sana yang terjebak dalam relasi yang tidak sehat hanya karena punya pemikiran yang keliru terhadap memaknai cinta, ya kaya di lagu ini.
Menurut pendapatku pribadi cinta itu murni dan tidak pernah salah, sangat disayangkan kalau cinta dijadikan sebagai kambing hitam atas relasi tidak sehat sedang dijalani. Namun menurut seorang psikolog bernama John Lee ada loh jenis cinta yang tidak menyehatkan. Dalam bukunya 1973 The Colours of Love, Lee membandingkan gaya cinta dengan roda warna. Sama seperti ada tiga warna primer, Lee menjelaskan bahwa ada tiga gaya cinta utama. Tiga gaya cinta ini adalah:
Eros
Istilah eros berasal dari kata Yunani yang berarti “bergairah” atau “erotis.” Lee menyarankan bahwa jenis cinta ini melibatkan gairah fisik dan emosional.
Ludos
Ludos berasal dari kata Yunani yang berarti “permainan.” Bentuk cinta ini dipahami sebagai permainan yang menyenangkan dan menyenangkan, tetapi tidak harus serius. Mereka yang menunjukkan bentuk cinta ini tidak siap untuk komitmen dan mewaspadai keintiman yang terlalu banyak.
Storge
Storge berasal dari istilah Yunani yang berarti “kasih sayang alami.” Bentuk cinta ini sering diwakili oleh cinta keluarga antara orang tua dan anak-anak, saudara kandung, dan anggota keluarga besar. Jenis cinta ini juga dapat berkembang dari persahabatan di mana orang-orang yang berbagi minat dan komitmen secara bertahap mengembangkan kasih sayang satu sama lain.
Melanjutkan analogi roda warna, Lee mengusulkan bahwa sama seperti warna-warna primer dapat dikombinasikan untuk menciptakan warna-warna pelengkap, ketiga gaya cinta utama ini dapat digabungkan untuk menciptakan sembilan gaya cinta sekunder yang berbeda. Misalnya, menggabungkan Eros dan Ludos menghasilkan mania atau cinta yang obsesif. 6 Gaya Cinta menurut Lee terbagi menjadi dua, yaitu:
Tiga gaya utama:
1. Eros – Mencintai orang yang ideal
2. Ludos – Cinta sebagai permainan
3. Storge – Cinta sebagai persahabatan
Tiga gaya sekunder:
1. Mania (Eros + Ludos) – Cinta yang obsesif
2. Pragma (Ludos + Storge) – Cinta yang realistis dan praktis
3. Agape (Eros + Storge) – Cinta tanpa pamri
Jika temen-temen menjelajah baik di literatur maupun googling, sebenarnya banyak sekali teori cinta menurut pakar psikologi, ada Sternbeg, Hatfield, dan lainnya. Intinya inti dari apa yang ingin aku sampaikan dalam tulisan ini ialah cinta itu bisa datang kapan saja dan pada siapa aja. Tugas kita adalah tetap sadar kita berada di posisi cinta yang seperti apa. Apakah cinta yang bisa dikembangkan menuju komitmen yang lebih serius atau hanya cinta sesaat yang sudah tau endingnya bagaimana.
Yup! Pilihan ada di tangan temen-temen. Baiknya jika sudah menyadari bahwa cinta yang berkembang menjadi cinta yang tidak sehat maka tegaskan diri dan berpikirlah secara logis.
https://www.verywellmind.com/theories-of-love-2795341