Ketika melihat seseorang berpakaian tidak sesuai dengan jenis kelaminnya apa yang muncul di benak kalian? Apakah menganggap laki-laki yang berpakaian perempuan adalah sudah pasti waria dan wanita yang berpakaian wanita adalah butchy?
Eitsss tunggu dulu, bisa jadi mereka adalah cross-dresser.
Cross-dresser merupakan perilaku seseorang menggunakan pakaian dari gender yang berbeda. Cross dresser bukanlah karena trend fashion tertentu, namun lebih pada ekspresi diri seseorang terkait dirinya. Jadi mereka yang melakukan crossdressing bukan ikut-ikutan trend, tapi memang ada sisi kenyamanan tertentu menggunakan jenis pakaian tersebut.
Banyak yang mengaitkan crossdress dengan gangguan karena dianggap tidak wajar. Dalam DSM memang terdapat sebuah gangguan yang dinamai trasvetism, yaitu dimana seseorang mengalami rangsangan seksual yang intens ketika menggunakan pakaian lawan jenisnya atau dari gender yang berbeda. Seseorang yang mengalami transvetism cenderung mengalami distress yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Tapi kembali lagi apakah semua cross-dresser adalah trasvetism? Tentu saja tidak. Seperti seseorang yang baru aku kenal setahun belakangan ini. Beliau adalah seorang pria beristri dan sudah memiliki dua orang putra. Walau suka sekali menggenakan pakaian wanita dan berdandan hanya dilakukan sebagai hobi. Kesukaanya berperilaku tersebut tentu saja tidak datang tiba-tiba, yaitu berawal saat usianya masih belia sebelum baligh. Seiring berjalannya waktu, ia memahami bahwa apa yang dialami adalah cross-dresser. Kesukaanya yang masih dilakukannya sampai saat ini juga tidak merubah orientasi seksualnya menjadi penyuka sesama. Justru hal tersebut menjadi salah satu variasi seksual yang dilakukan saat bercinta dengan istri.
(Cerita lengkapnya langsung dengarkan podcast yaa…)
Membicarakan soal seksualitas tidak bisa saklek. Karena seksualitas itu sangat cair dan penuh dengan keberagaman. Mari kita saling menghargai perbedaan, berbeda bukan berarti buruk kan?