No Widgets found in the Sidebar

Konsultasi Seksolog Semarang : Beberapa Hal Yang Terjadi Selama Sesi Terapi Seks

Konsultasi Seksolog Semarang – Banyak yang berpikiran bahwa dalam sesi terapi seks yang dipandu dengan terapis seks ataupun psikolog yaitu harus dengan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas seks. Sayangnya, anggapan tersebut dipercaya oleh kalayak ramai. Sehingga tak heran banyak yang takut atau ragu saat ingin melakukan terapi seks karena anggapan-anggapan yang sudah menyebar di kalangan masyarakat.

Lalu sebenarnya apa saja sih yang dilakukan saat sesi terapi seks? Apakah ya selalu dengan aktivitas seksual atau sama sekali tidak menghadirkan aktivitas seks?

Untuk tahu lebih jelasnya, baca tulisan ini sampai habis ya!

Sebelum membahas tentang sesi dalam terapi seks, saya akan menjelaskan tentang terapi seks itu sendiri. Pada dasarnya, terapi seks itu merupakan suatu terapi yang berfokus dalam mengatasi masalah seksual. Permasalahan seksual umumnya dialami oleh pasangan suami istri atau pasutri, namun pada kenyataannya saat ini tak hanya permasalahan pasutri semata namun bagi orang-orang yang mengalami permasalahan yang berkaitan dengan seks walaupun belum menikah. Bagi pasutri, permasalahan yang umum dialami seperti ejakulasi dini, impotensi, anorgasmia, dan lain sebagainya. Sedangkan bagi yang belum menikah bisa berkaitan dengan orang yang mengalami kecanduan seks, kesulitan kontrol pada libido yang tinggi, fetish, dan lain sebagainya.

Lalu apa yang dilakukan selama terapi seks?

Dalam terapi seks sebenarnya sama halnya seperti terapi pada umumnya yang dilakukan oleh psikolog yang menangani permasalahan psikologis pada umumnya. Sebelum sesi terapi, psikolog akan memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan yang tujuannya untuk menjalin rapport atau kedekatan dengan klien. Setelah klien dan psikolog memiliki kedekatan yang baik, maka dilanjutkan pada sesi konseling. Setelah beberapa sesi konseling dilakukan maka selanjutnya masuk ke sesi terapi seks.

Keberhasilan sesi terapi tentunya tergantung dari klien itu sendiri. Semakin klien mau membuka diri dan mampu menceritakan serta mendeskripsikan secara detil apa yang dialami terkait hal seksual maka proses terapi akan lebih cepat. Namun pada prosesnya memang tidak secepat itu, banyak klien yang masih menutupi permasalahan yang dialami, bisa karena malu atau canggung atau bisa juga karena kesulitan untuk mendeskripsikannya, biasanya klien yang sulit mendeskripsikan mengalami kondisi traumatik.

Dianjurkan Membawa Pasangan

Bagi klien yang sudah menikah, maka dalam sesi terapi seks dianjurkan untuk membawa pasangannya. Permasalahan seks dalam pernikahan sebenarnya merupakan permasalahan yang dihadapi oleh dua belah pihak. Maka dari itu, proses terapi akan menjadi lebih cepat apabila kedua belah pihak bisa saling bekerjasama. Namun banyak kasus salah satu pihak tidak berkenan ikut terapi seks. Mereka menganggap bahwa yang mengalami masalah bukan mereka tapi pasangannya. Nah.. pada kasus ini maka proses terapi akan lebih panjang.  Karena kesembuhan permasalahan seksual dalam pasutri yang tergantung dari kerjasama, tidak bisa satu pihak saja.

Namun ada kalanya sesi terapi seks harus dilakukan perseorangan karena psikolog juga perlu mendengarkan klien sebagai seorang individu. Dan terkadang saat ada pasangan klien sulit untuk jujur untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sehingga sesi terapi bersama dengan dilakukan setelah menjalankan beberapa sesi secara individu.

Ada Pekerjaan Rumah Yang Harus Dilakukan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa keberhasilan terapi itu tergantung dari klien itu sendiri. Tugas psikolog seksual yaitu membantu menguraikan permasalahan yang dialami serta memberikan treatment-treatment yang dapat membantu untuk menyelesaikan permasalahan, seperti salah satu contohnya psikolog akan memberikan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan dan dilaporkan dalam setiap pertemuan. Contoh pekerjaan rumah yang diberikan seperti membaca literatur atau buku-buku yang membahas tentang organ reproduksi beserta fungsinya. Selain itu ada pula tugas untuk membangun komunikasi pasangan dengan teknik bercinta non-penetratif, yang berfungsi untuk mengeksplorasi titik rangsang pada tubuh pasangan selain di area genital.

Klien Tidak Diminta Untuk Menunjukan Alat Kelamin

Tentunya yang tidak akan terjadi dalam sesi terapi seks ialah klien diminta untuk menunjukan alat kelamin di depan psikolog. Hal ini berbeda bila klien mempriksakan diri ke dokter spesialis yang berkaitan dengan area genital. Selain itu, klien juga tidak akan diminta untuk melakukan aktivitas seks dalam bentuk apapun.

Demikianlah beberapa hal yang perlu anda ketahui terkait dengan sesi terapi seks. Banyak anggapan salah kaprah yang ada di masyarakat sehingga membuat beberapa pihak merasa ketakutan saat ingin menjalani terpi seks. Sekali lagi, terapi seks dilakukan untuk membantu klien dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan seks. Semoga artikel ini bermanfaat, apabila anda ingin bertanya lebih lanjut terkait dengan terapi seks atau anda ingin melakukan konseling seks dengan psikolog maka anda bisa hubungi WA 085290499960.

Untuk mendapatkan informasi lainnya, silahkan kunjungi:

Facebook Page :: https://www.facebook.com/CelotehYori/

Twitter :: http://twitter.com/celotehyori

Instagram :: http://instagram.com/celotehyori_

Blog :: https://celotehyori.com

Podcast :: https://soundcloud.com/celotehyori

Email :: celotehyori@gmail.com

Line Id :: celotehyori

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.