No Widgets found in the Sidebar

Pada zaman dahulu untuk menyembuhkan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa, para psikiater melakukan tindakan medis yang sangat menakutkan. Setelah melalui masa gangguan jiwa dianggap sebagai kerasukan ruh jahat, para dokter melakukan penelitian dan menemukan bahwa gangguan jiwa banyak dialami orang-orang yang mengalami permasalahan di bagian otak. Salah satunya ialah dengan melakukan psychosurgery yang bernama lobotomy.

Pada mulanya, awal mula adanya psychosurgery ditemukan pada dekade terakhir yaitu pada abad ke-19. Saat itu bidang ilmu pengetahuan mulai mencari tahu bahwa pikiran serta perilaku manusia dapat dipetakan melalui fitur anatomi otak. Penelitian tersebut dikembangkan di Jerman. Seorang ilmuan yang bernama Friederich Golz menemukan teori tersebut setelah melakukan percobaan dengan ablasi bedah neokorteks pada anjing di tahun 1890. Dari eksperimen tersebut ditemukan bahwa saat lobus temporal anjing dihilangkan, maka anjing menjadi lebih baik dan lebih tenang dari sebelum operasi dilakukan.

lobotomy

Hasil penelitian tersebut langsung menyebar ke berbagai daerah dan negara, sehingga turut menginspirasi seorang dokter rumah sakit jiwa Swiss yang bernama Gottlieb Burkhardt untuk melakukan operasi tersebut pada pasien-pasiennya. Kala itu rumah sakit jiwa Swiss dipenuhi oleh pasien yang mengalami Skizofrenia yang mengalami halusinasi tinggi dan menjadi sangat gelisah. Setelah operasi tersebut dilakukan, ternyata benar bahwa beberapa pasien menjadi lebih benar-benar tenang setelah dioperasi. Namun, ada juga pasien yang akhirnya meninggal setelah oprasi dilakukan. Apa yang dilakukan oleh Burkhardt ditentang oleh banyak pihak, terlebih oleh otoritas medis pada saat itu, sehingga psychosurgeries semacam ini tidak dilakukan lagi.

Akan tetapi, situasi mulai berubah setelah empat pulah tahun berselang. Saat itu di Amerika Serikat terdapat penelitian bahwa terdapat peran yang sangat penting pada korteks temporan dan frontal terhadap kontrrol perilaku, emosi dan agresivitas pada manusia. Seperti yang dilakukan di Universitas Yale, pada tahun 1935. Carlyle Jacobsen, seorang ilmuan yang melakukan pengamatan pada perilaku simpanse yang pada bagian kosteks frontal dan prefontal telah dirusak dengan cara lobotomi atau dipotong. Hasilnya simpanse tersebut menjadi lebih tenang dari sebelum dioperasi. Hal tersebut terjadi karena simpanse kehilangan fungsi mental seperti memori dan kecerdasan. Dari penelitian inilah maka lobotomi mulai didukung kembali pada dunia medis.

lobotomy 2
Walter Freeman

Beberapa tahun kemudian hampir di seluruh rumah sakit di Amerika melakukan metode tersebut untuk mengobati pasien. Banyak metode lobotomi yang telah dilakukan, namun metode lobotomi yang paling terkenal yaitu dilakukan oleh Walter Freeman, seorang ahli bedah saraf yang cukup ambisius dalam mengembangkan metode lobotomi. Seperti dengan memasukkan leucotome setelah membuat bukaan pada atap orbit mata yang disebut dengan “Es Lobotomi”. Operasi dilakukan dengan menggunakan dengan alat yang umumnya digunakan untuk memecahkan es. Prosedur tersebut sangat mengerikan.

lobotomy 3

Prosedur tersebut semakin berkembang. Namun seiring dengan perkembangannya, prosedur tersebut menjadi disalah gunakan dengan dilakukan pada penghilangan perilaku yang tidak diinginkan. Seperti di Jepang dilakukan pada anak-anak yang dianggap nakal dan tidak mau mengikuti aturan. Selain itu dibeberapa negara prosedur tersebut juga banyak dilakukan pada narapidana gila serta keluarga-keluarga kaya untuk menyingkirkan anggota keluarga yang stress, serta menjadi senjata politik bagi para pemberontak yang tidak mau meneruti kemauan pemerintah saat itu.

Semakin banyak penyalahgunaan-penyalahgunaan yang dilakukan oleh banyak pihak, maka pada tahun 1950 metode tersebut mulai banyak ditentang. Mulai banyak muncul kembali penelitian yang bertujuan untuk mengkaji ulang kebenaran lobotomi. Setelah banyak penelitian dilakukan, ternyata ditemukan bahwa tidak terdapat manfaat secara alamiah dari prosedur lobotomi. Di Amerika terdapat sebuah proyek yang disebut dengan Columbia-Greystone gagal membuktikan adanya efek positif dari prosedur lobotomi. Semenjak saat itu, prosedur lobotomi dihapuskan dan banyak para ahli bedah dan psikiater yang menggunakan metode yang lebih manusiawi dalam pengobatan pasien.
Walaupun demikian, dibeberapa negara seperti Australia, Jepang, Swedia serta India masih menggunakan metode tersebut sebagai bentuk kontrol radikalisme dan perilaku kekerasan.

 

Bagi anda yang masih penasaran dengan metode lobotomi, anda bisa melihatnya di film Hollywood yang berhubungan erat dengan gangguan jiwa, yaitu berjudul Stonehearts Asylum. Dalam film tersebut digambarkan secara mirip bagaimana prosedur-prosedur penyembuhan gangguan jiwa dilakukan. Selain itu anda juga bisa melihat tentang gambaran rumah sakit jiwa yang berlatar belakang tahun 1899.

 

Sumber:

Jack D. Pressman – The last resort: psychosurgery and the limits of medicine
Renato M.E. Sabbatini, PhD – The History of Psychosurgery

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.