Keputusan untuk merantau di negeri orang ternyata menjadi awal bencana bagi kehidupan Puput selanjutnya. Bekerja menjadi TKW ternyata tak semanis dari yang selama ini ia dengar dari tetangga-tetangganya. Tak hanya kehidupan yang keras yang harus dialaminya, ternyata Puput juga menjadi korban perkosaan saat bekerja di negeri rantauan.
Hilangnya kegadisan yang selama ini ia jaga rapat-rapat ternyata membuka pintu gerbang masuknya Puput ke dunia prostitusi. Semenjak kejadian itu, menurutnya ia berubah menjadi pribadi yang sangat bertolak belakang dengan sebelumnya yaitu menjadi sosok pribadi yang “nakal”. Tak ada lagi sikap menjaga diri yang Puput lakukan dan semenjak kejadian itu, ia tak lagi menggunakan hijab dan mulai memasuki pergaulan malam.
“Semenjak aku diperkosa itu kehidupan aku tuh udah bener-bener gak layaknya kehidupan, gak ada kebaikan sama sekali. Kaya gak ada Tuhan gitu loh. Kaya bener-bener gak ada gusti Allah. Aku udah gak pernah ngaji, udah gak pernah di pondok, ya pokoknya udah gak adalah yang kaya gitu-gitu. Udah gak ada semuanya. Dan aku kenal minuman – minuman. Dulu tuh jangankan minuman, pacaran aja enggak pernah. Itulah awal mula kehancuran kehidupan aku, ya pokoknya ancur lah.. ancur lebur…”
Tak seorangpun mengetahui tentang peristiwa pemerkosaan yang ia alami. Ia memutuskan untuk memendamnya sendiri dan tak mau orang lain tau. Perasaan sedih dan hancur yang menghinggapinya ia hadapi seorang diri. Walau merasa hidupnya sudah rusak di negeri orang, namun Puput tetap bertekad untuk mengumpulkan uang demi kehidupan keluarganya di desa. Beberapa kali ia sudah mengirimkan uang ke desa untuk membeli tanah, namun ternyata mimpi itu kandas setelah tahu uang yang dikirimnya dilahap oleh saudara-saudaranya yang tak bertanggung jawab. Ia merasakan kegagalan yang cukup berat kala itu. Tak hanya kehilangan kehormatan sebagai wanita namun ia juga sudah ditipu oleh saudara-saudaranya di desa.
Kegagalan sebagai TKW ternyata semakin membulatkan niatnya untuk kembali pulang. Segala resiko siap ia tanggung karena memang ia tak lagi tahan dan ingin secepatnya pulang. Ternyata keputusannya untuk segera pulang tepat, tak disangka bahwa keadaan neneknya saat itu tidak baik. Neneknya kala itu sakit dan membutuhkan biaya yang lumayan banyak.
”Justru waktu aku pulang itu nenek aku sakit. Terus aku bingung harus gimana. Akhirnya malah nambah hutang. Nenek aku sakit parah ya udah nggak punya jalan lagi akhirnya aku sampai di SK. Kebetulan saat itu ada yang nawarin untuk kerja disini.” ungkapnya padaku lirih.
“Aku nggak bisa menghindar, karena anak-anak mbahku sudah tidak ada yang mau ngurusi. Mau gak mau, tanggung jawab itu 100% dibebankan ke aku. Ya sudah gak papa, karena mereka sudah menghidupi aku dari kecil dan aku juga merasa bahwa aku punya utang budi pada mbahku. Aku dulu sudah dihidupin, sekarang keadaannya dibalik bagaimana aku bisa menghidupi mereka. Aku harus bisa. Aku gak boleh ngeluh dan aku gak boleh protes, lha wong sekarang saatnya aku yang berkerja. Ya gimana pun caranya. Kalopun aku jadi pelacur ya sudah. Ya memang kehidupannya gini.”
Puput berani mengambil resiko bekerja di SK karena satu hal. Yaitu menurutnya SK memberikan suatu jaminan kehidupan yang lebih baik untuknya dan keluarganya. Semenjak ia terjun sebagai wanita peneman tidur, dalam beberapa hari sekali ia bisa mengirimkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Saat itu neneknya juga sedang membutuhkan tempat tinggal yang layak dan ingin Puput membangunkan rumah untuknya.
Awal bekerja sebagai pekerja seks, Puput masih menjadi pribadi yang mudah diinjak-injak oleh sudara-saudara dan tetangganya. Puput kadang merasa tak habis pikir, mengapa saudara-saudaranya masih saja mengganggu ketenangan hidupnya dengan seringkali meminta uang dengan jumlah tak wajar padanya. Pada satu titik akhirnya ia merasa muak dan jengah dengan keadaanya itu.
“Aku gak boleh gini-gini terus, aku jadi orang harus berani! Terus pada akhirnya aku memutuskan untuk berani melawan saudara-saudaraku yang selalu bertindak semena-mena. Aku gak mau jadi orang gagal yang selalu diinjak-injak.”
to be continued…
Kisah sebelumnya,