Kehidupan pelik sebagai wanita pekerja seks ia hadapi penuh dengan lapang dada. Ia mengakui bahwa keputusannnya untuk masuk ke dunia pelacuran adalah keputusan yang penuh dengan resiko. Ia sadar bahwa ia tidak boleh menyesali keputusannya ini dan harus sudah siap menanggung segala resikonya.
“Aku sudah tau dari awal tentang konsekuensinya jadi buat apa aku sesali. Memang dari awal aku sudah menyesal, penyesalanku sudah aku taruh di depan. Karena dari awal kan sudah salah, jadi buat apa aku sesali.”
Segala macam resiko mulai dari hinaan hingga makian sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Puput cukup cuek dalam menghadapi hal itu, namun ia tak bisa untuk tak peduli saat cintanya kandas karena status sebagai pekerja seks yang sangat melekat.
Sebelumnya Puput sudah bertunangan dengan pria yang akan menjadi suaminya. Hari-harinya dilalui dengan penuh harapan akan masa depan bahagia yang sudah mulai mereka rintis berdua. Dengan uang yang sudah Puput kumpulkan, Puput akhirnya memutuskan untuk membuka bisnis bersama calon suaminya. Banyak bisnis yang mereka jalankan bersama seperti bisnis rental mobil, jasa bengkel, serta beberapa bisnis lain. Dari situ Puput banyak belajar tentang bagaimana mengelola bisnis dengan baik.
Saat itu Puput percaya bahwa pria yang kini mendampinginya adalah pria terakhir yang bisa membahagiakannya. Secara perlahan tapi pasti Puput kembali beribadah seperti dahulu lagi. Rasa percaya bahwa dirinya berharga dan diinginkan orang lain semakin meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga membawa perubahan positif terhadap diri Puput.
Ternyata harapan tak selalu menjadi kenyataan. Hubungan yang dijalinnya ternyata tak mampu berakhir hingga tahap pelaminan. Statusnya sebagai pekerja seks adalah sumber masalah utama yang membuat hubungannya tak bisa lagi dipertahankan. Kegagalan hubungan yang dibinanya membuatnya kembali menjadi Puput yang dulu, yang tak lagi peduli dengan keadaan yang dialaminya.
Walaupun ia seorang pekerja seks, ia juga tetap wanita biasa yang merindukan dekapan hangat dari seorang pria yang benar-benar ia cintai. Hubungan yang sudah dijalin selama hampir satu tahun lamanya kini sudah kandas. Ia tak lagi memiliki pria yang akan menariknya keluar dari lembah hitam pelacuran.
“Semenjak aku putus sama tunanganku, aku berubah lagi orangnya seperti sebelumnya. Kaya udah gak mau sholat dan mujarat. Keluar pun juga dengan pakaian yang umbar-umbaran, sudah tidak jaga aurat. Udah gak jaga diri. Mau gemuk mau apa ya terserah. Kadang aku pelariannya ke makan, ke minum, dah gak berpikir aku harus cantik, aku harus gini-gitu. Ah luweh (terserah) !”
Namun, dibalik kegagalan itu ia mengambil suatu pelajaran yang berharga bahwa ia semakin bertekad menjadi orang yang sukses. Orang yang beruang dan bermateri sehingga tak ada lagi orang yang bisa melakukan hal yang semena-mena padanya.
“Orang mau cinta, mau jatuh cinta sama aku monggo aja terserah yang penting aku mau uang!! Udah gitu aja.”
to be continued…
Kisah sebelumnya,