No Widgets found in the Sidebar
Seks dalam pernikahan
Penyesuaian seksual merupakan suatu hal yang penting dipahami oleh pasangan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Namanya juga penyesuaian pasti ada hal-hal baru yang perlu dirubah atau dipelajari kembali. Terlebih kehidupan rumah tangga berkaitan dengan dua orang yang punya latar belakang yang berbeda. Penyesuaian seksual berbeda dengan penyesuaian terkait komunikasi umumnya. Sebab hal seksual merupakan hal yang tidak semua orang terbuka untuk membicarakan karena seksual identik dengan sesuatu yang tersembunyi dan butuh proses untuk membicarakannya.
Bagi setiap pasangan yang baru saja menikah tentu sudah memiliki ekspektasi bahwa hubungan seksual akan mencapai titik kepuasan. Akan tetapi tak banyak menyadari bahwa kepuasan seksual bisa didapat dengan adanya penyesuaian seksual yang baik. Dari buku karangan Prof Sawitri, beliau menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menghambat dalam penyesuaian seksual, yaitu sebagai berikut:
  1. Sikap Terhadap Seks
Setiap orang punya sikap seksual masing-masing, ada yang negatif dan ada pula yang positif. Sikap negatif terhadap seksual bisa dalam bentuk enggan untuk membahas terkait hal yang berbau seksual. Hal tersebut bisa jadi karena faktor keluarga yang memang tidak membiasakan dalam membahas soal seksual. Sehingga dapat dikatakan bahwa sikap seseorang terhadap seks itu berkaitan dengan informasi serta pengalaman yang didapatkan sebelumnya. Ketika seseorang memiliki sikap yang cenderung negatif terhadap seks maka akan berpengaruh pada penyesuaian seksual dengan pasangan.
  1. Pengalaman Seksual Sebelumnya
Seperti yang telah aku sebutkan tadi, pengalaman tidak menyenangkan terkait seks itu juga berpengaruh pada proses penyesuaian. Terlebih peristiwa tersebut merupakan pengalaman yang traumatik, seperti pemerkosaan atau akibat dari pacaran yang tidak sehat. Sebelum masuk ke ranah seksual lebih lanjut, maka disarankan untuk menjalani konseling mendalam serta terapi bila diperlukan. Sebab ketika seseorang punya pengalaman yang tidak menyenangkan maka juga bisa berefek pada respon fisiologis, seperti menjadi cemas ketika akan melakukan hubungan seks dengan pasangan, punya ketakutan yang sama, dsb.
  1. Gairah Seksual
Laki-laki dan perempuan memiliki pola gairah seksual yang berbeda. Pada umumnya laki-laki lebih cepat terangsang daripada perempuan. Aku bilang umumnya tidak berarti semua lho ya.. karena ada juga perempuan yang punya tingkat rangsangan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Nah perbedaan inilah yang tidak jarang menjadi konflik tersendiri. Di satu sisi pasangan sudah mulai on, tapi disisi lain anda sendiri belum on. Oleh sebab itu perlu adanya penyesuaian , misalnya dengan membantu merangsang hingga tingkat mendidihnya seimbang.
  1.  Pengalaman seksual di awal perkawinan
Bagi beberapa pasangan baru, pengalaman seksual di awal perkawinan seringkali menjadi tolak ukur untuk kehidupan seksual selanjutnya. Pengalaman malam pertama yang tidak sesuai dengan ekspektasi biasanya menjadi suatu alasan untuk menggenalisir pengalaman berikutnya. Padahal bagi pasangan baru, trial and error itu wajar, terlebih bagi mereka yang awam dan sangat tertutup dalam pembahasan seksual.
  1. Sikap Terhadap Alat Kontrasepsi
Alat kontrasepsi sering kali menjadi persoalan dalam hal penyesuaian seksual. Ada sebagaian orang yang beranggapan bahwa alat kontrasepsi tidak sesuai dengan value yang dijalani. Misalnya ketika seorang suami tidak memperbolehkan istrinya menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun karena tidak sesuai dengan ajaran agama atau budaya. Padahal istri memiliki ketakutan jika setiap hubungan seksual akan berakibat pada kehamilan. Nah ketidak sepakatan dalam hal kontrasepsi ini yang membuat suatu problem tersendiri dalam penyesuaian. Maka bila sudah demikian, jalan komunikasi dan negosisailah yang perlu dilakukan. Setidaknya ada jalan kesepakan agar istri tenang dan suamipun senang dalam aktifitas seksual.
Demikianlah beberapa faktor yang berpengaruh pada penyesuaian seksual dalam perkawinan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penyesuaian seksual ini sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Oleh sebab itu tak perlu ragu, takut atau malu bila ada hal yang perlu dibicarakan dengan pasangan. Jika penyesuaian seksual tak kunjung menemui titik tengah maka hal ini akan berdampak pada hal di luar ranjang.

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.