No Widgets found in the Sidebar
aseksual

Pada kesempatan kali ini aku ingin membahas satu topik yang sebenarnya masih sangat jarang dibicarakan, yaitu Aseksual.

Sebenarnya topik ini adalah hasil dari perbincanganku dengan salah satu kawan di sosial media. Dia menanyakan apakah asexual itu adalah sebuah gangguan seksual atau bukan.

Sebelum mengarah ke pembahasan soal Aseksual. Pertama-tama aku ingin menjelaskan apa perbedaanya orientasi seks dan gangguan seks.

Orientasi seks merupakan ketertarikan seseorang secara emosional serta seksual terhadap orang lain. Terdapat beberapa macam orientasi seks, yang seringkali kita dengar seperti heteroseksual, homoseksual, biseksual dan termasuk aseksual.

Sedangkan gangguan seksual ialah kondisi dimana seseorang mengalami perasaan tidak nyaman atau distress dengan kondisi seksualnya, misalnya mengalami kesulitan untuk menerima rangsangan seks, memiliki libido rendah, sulit mencapai klimaks dll. Jadi intinya mengalami keadaan yang tidak nyaman dan dapat menimbulkan tekanan.

Definisi aseksual secara sederhananya ialah suatu kondisi dimana seseorang tidak atau kurang memiliki ketertarikan terhadap aktivitas seksual. Seseorang yang kurang tertarik dengan aktivitas seksual bukan berarti tidak memiliki gairah seks atau libido. Mereka tetap dapat terangsang, akan tetapi enggan atau tidak mau untuk melanjutkannya ke aktivitas seks. Ini bukan bagian dari gangguan seksual karena orang dengan aseksual memang memilih secara sadar untuk tidak mengekspresikan pada aktivitas seks.

Beberapa orang aseksual ada yang tetap melakukan masturbasi, akan tetapi masturbasi yang dilakukan bukan untuk menyalurkan gairah seks yang terpendam. Namun lebih pada sekedar sebagai bagian dari mekanisme pelepasan biologis. Tapi banyak juga yang merasa tidak perlu melakukan masturbasi.

Tidak semua orang yang menghindari aktivitas seks itu adalah aseksual, contohnya seperti selibat atau pemuka agama yang memiliki kewajiban untuk menghindari segala aktivitas seks. Diantaranya seperti Romo, Suster, Bikku, Biksu, dll. Mereka bukannya tidak tertarik dengan aktivitas seks, namun karena aturan yang harus dijalani maka mereka memutuskan untuk menekan atau mengalihkan keinginan untuk melakukan aktivitas seks.

Seseorang memilih untuk menjadi aseksual sebenarnya dikarenakan banyak faktor. Banyak dari mereka tidak tertarik dengan aktivitas seks karena merasa jijik dengan aktivitas seks sehingga sudah memiliki jarak, memiliki pengalaman di masa lalu, terdapat penguatan di lingkungan, atau bisa juga pada dasarnya memiliki gairah seks yang rendah.

Apakah orang aseksual berarti tidak memiliki keinginan menikah?

Orang aseksual juga tetap bisa menikah. Mereka tetap bisa memiliki keterikatan secara emosional atau memiliki hubungan romantis dengan orang lain. Bagi mereka, seks dan cinta itu berbeda dan terpisah. Ibaratnya cinta bisa dijalankan tanpa seks, lebih cenderung menjadi cinta yang altruis. Pernikahan mereka juga bisa berjalan dengan baik walau sangat jarang melakukan hubungan seks.

Akan tetapi, saat salah satu dari pasangan merasa nyaman atau justru menimbulkan suatu masalah satu sama lain maka itu bisa berubah menjadi gangguan seks. Sebab salah satu kriteria gangguan seks ialah saat mengalami distress pada secara personal maupun interpersonal.

Seorang aseksual tetap bisa menjadi seksual, begitupula orang yang dulunya tertarik dengan aktivitas seks berubah menjadi aseksual. Sebab orientasi seseorang itu dapat berubah karena salah satu sifat orientasi seks ialah cair.

Karena semakin banyak orang yang memilih untuk menjadi aseksual maka mulai banyak komunitas yang mewadahi. Salah satu komunitas yang cukup besar ialah AVEN yaitu The Asexual Visibility and Education Network yang berdiri pada tahun 2001. Tujuan di dirikan komunitas tersebut ialah sebagai wadah diskusi secara luas serta edukasi tentang aseksual itu sendiri.

Itulah sedikit banyak tentang aseksual. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi tambahan informasi.

See you!

 

 

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

2 thoughts on “Menjadi Aseksual”
  1. Hi Yori,

    Sorry out of topic, saya bisex, dan ternyata saya baru menyadari kalau “mungkin”, saya ini pansexual, karena saya bisa suka juga dengan transgender. Bagi saya yang penting nyaman, obrolan nyambung, saling pengertian, dll, tanpa memandang gender.

    Saya kurang mencari tahu tentang sexual, dan pansexual ini istilah baru bagi saya. Mungkin akan menarik kalau kamu membuat artikel tentang ini. Sepertinya istilah ini masih jarang terdengar ya di negara kita.

    Sayang kita berbeda kota, kalau satu kota rasanya ingin konsultasi.

    Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.