No Widgets found in the Sidebar
sex education for children

Kekerasan seks pada anak kini tidak hanya dilakukan oleh orang lain yang tidak dikenal, namun juga bisa dilakukan oleh orang terdekat. Banyak kasus terjadi kekerasan dilakukan oleh tetangga, kakek, hingga yang paling parah ialah kekerasan yang dilakukan oleh ayah pada anak. Hal ini terkait dengan ketidak berdayaan anak kecil pada orang yang lebih tua. Dari beberapa kasus tersebut, maka sangat penting untuk mengajarkan seks edukasi pada anak.

Tak ada kata tabu untuk mengajarkan seks edukasi pada anak. Mulai dari usia dini, orang tua semestinya sudah wanti-wanti dengan tingkat kekerasan seks pada anak yang semakin hari semakin tinggi. Anak-anak juga saat ini sangat mudah untuk mengakses internet dan anak sangat mudah membuka situs yang tidak semestinya. Ya dapat dikatakan, pengaruh teman sepermainan sangatlah besar. Ada pepatah yang mengatakan, anak akan sangat mudah meniru dari teman sebayanya tanpa tahu apa maksudnya. Inilah tugas orang tua yang sebenarnya untuk bisa menyaring informasi dari luar dan memberikan pemahaman yang benar pada anak.

Dalam memberikan pendidikan seks pada anak, kita perlu memahami tahapan-tahapan perkembangan anak sesuai usia. Berikut ini penjelasan dalam memberikan pendidikan seks sesuai dengan tahapan usia anak:

Usia 2-3 tahun

Pada usia ini anak-anak mulai memahami kosa kata. Anak-anak mulai meniru kata-kata apa yang didengar dari sekitarnya. Anak mulai memahami sesuatu melalui nama. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya mulai memperkenalkan tentang nama pada area genital manusia dengan nama sebenarnya, seperti penis dan vagina, bukan dengan bahasa daerah atau sebutan lain. Dengan mengajarkan anak nama alat genital yang sebenarnya akan tidak membuat anak bingung di kemudian hari.

Usia 3 – 4 tahun

Pada tahap usia ini, anak mulai bertanya “Bagaimana saya punya saudara yang berbeda?”, “Bagaimana adik bayi ada?”, dll. Berikanlah penjelasan dengan menggunakan bahasa anak dan berikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Misalnya seperti, “Adik kecil berasal dari perut Ibu, mulai dari kecil hingga besar dan akhirnya siap keluar untuk melihat dunia”. Saat memberikan penjelasan, ada baiknya dengan menggunakan contoh misalnya dengan menghadirkan seseorang yang sedang hamil. Karena anak akan lebih memahami dengan melihat secara langsung.

Usia 5 – 6 tahun

Pada usia ini anak mulai diberikan penjelasan yang lebih kompleks dibandingkan usia sebelumnya, misalnya dengan menjelaskan tentang bagian kandungan pada wanita. Penjelasan akan lebih baik bila disertai dengan gambar. Orang tua dapat berkata “Seperti inilah keadaan dalam perut ibu, ini disebut rahim, ovarium, dan adik bayi akan tertidur di sini selama 9 bulan.

Usia 6-7 tahun

Pada tahap usia ini anak mulai diperkenalkan tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan, tentang konsep pernikahan, konsep keluarga. Misalnya, “Ayah dan Ibu harus menikah terlebih dulu, baru kemudian mengandung”, mungkin juga bisa dihubungkan dengan konsep agama. Orang tua juga perlu belajar tentang perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, laki-laki akan menjadi ayah dan perempuan akan menjadi ibu. Konsep perbedaan gender ini juga akan memberikan gambaran pada anak-anak tentang penggunaan toilet dan pakaian sesuai dengan gendernya. Selain itu, anak juga harus memahami bagian tubuhnya, misalnya, “Tak ada yang boleh memegang bagian tubuh dari leher ke bawah selain papa dan mama”.

Usia 8-9 tahun

Pada tahap usia ini, anak akan lebih sering mendengar hal-hal berkaitan seksual dari teman sebanyanya. Untuk tetap bisa mengontrol anak, maka orang tua harus selalu mengenali emosi anak yang menyendiri dan anak yang bisa dengan terbuka. Katakan pada anak jika anda tahu semuanya tentang hal seksual, dan anak-anak akan bertanya pada anda. Pada tahap usia ini, orang tua mulai menjelaskan lebih detil tentang hubungan antara pria dan wanita yang lebih dalam, misalnya tentang bagaimana pertemuan sperma dan sel telur, penyakit menular seksual, kekerasan seksual, dan lainnya. Ajarkan pada anak untuk bisa melindungi diri dari kekerasan seksual.

Usia 9 – 11 tahun

Pada tahap usia ini anak-anak mulai memasuki masa pubertas. Perubahan pada tubuh akan mulai terlihat. Orang tua harus menjelaskan tentang menstruasi pada anak perempuan atau tentang mimpi bahas pada anak laki-laki. Setiap perubahan selalu dapat dibicarakan bersama, sehingga anak tidak mencari tahu sendiri melalui media atau dari sumber lain. Pemahaman tentang konsep pacaran sudah mulai diberikan pada anak. Hal ini penting untuk orang tua agar anak mulai respek pada dirinya.

Usia 12 keatas

Pada tahap ini anak sudah mulai diberi pengertian tentang interaksi pada lawan jenis dan ada pula anak yang sudah mulai berpacaran. Pastikan orang tua memiliki kontrol yang lebih ketat. Orang tua harus selalu mengingatkan pada anak untuk tidak saling menyentuh bagian tubuh dan harus selalu menghormati satu sama lain, dll. Lakukan pendekatan dengan anak secara perlahan, tidak dengan kekerasan, sebab semakin keras anda bersikap pada anak, maka anak akan semakin menantang dan justru melakukan sesuatu yang dilarang.

Semoga informasi ini bermanfaat ya!

 

By celotehyori

Diana Mayorita, yang lebih sering dipanggil dengan YORI. Saat ini berprofesi sebagai psikolog klinis yang concern pada issue seks & relationship. Saat ini juga bersama tim sedang mengembangkan sebuah platform digital untuk memudahkan akses layanan psikologi di Indonesia. Selain itu, juga aktif dalam berbagi edukasi psikologi dan seksologi melalui berbagai media.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.